Time and Date

Kamis, 14 Mei 2009

PERJALANAN HIDUP KITA

Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya.
Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap.
Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu.
Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan
tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang
bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu
kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia
melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di
parkir di jalan.
Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya. "Buk....!!!!"
Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa
Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu.
Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, di
mundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan.
Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi,kecelakaan itu
dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati.
Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa.
Ditariknya anak yang dia tahu telah melempar batu kemobilnya, dan di
pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

"Apa yang telah kau lakukan!?!! Lihat perbuatanmu pada mobil
kesayanganku!!" Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan
di sisi pintu. "Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh
banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya."
Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta
maaf. "Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf.
Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya tampak
ngeri, dan tangannya bermohon ampun. "Maaf Pak, aku melemparkan batu
itu,karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi
menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. "Itu disana
ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda.
Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun
yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah,dan sekarang dia
sedang kesakitan.."

Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap
pada wajah yang mulai tercenung itu. "Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya."

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya
mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak
yang sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya
mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tsb, di
angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya.
Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di
lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.

Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan
mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.
"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak." Keduanya
berjalan beriringan,
meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka.
Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda
itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar
miliknya. Dtelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu
oleh lemparan batu tsb, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di
lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele,
tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya.
Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk
membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini.
Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: "Janganlah melaju
dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu
untuk menarik perhatianmu."

Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar,
dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan
melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun,adakah kita memacu
hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk
menyelaraskannya untuk melihat sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita.
Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan
menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan
bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada
banyak hal yang melintas.

Teman, kadang memang, ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar
kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita.
Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang
melemparkan batu-batu itu buat kita.

Terima kasih telah membaca.
Salam hangat!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar