Time and Date

Minggu, 13 Desember 2009

Penggolongan Obat

PENGGOLONGAN OBAT

Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
    Obat Bebas dan Bebas Terbatas dipasarkan tanpa resep dokter atau dikenal dengan nama OTC (Over The Counter) dimaksudkan untuk menangani penyakit-penyakit simtomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Praktik seperti ini dikenal dengan nama self medication (penanganan sendiri).
    Obat Bebas
    Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga pemakainnya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya.
    2
    Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer (parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR).
    Obat Bebas Terbatas
    Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
    3
    Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
    33
    Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker, no pharmacist no service), karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas.
    Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim antiseptik.
    Obat Keras
      Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
      4
      Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
      Contoh : Diazepam, Phenobarbital
      Obat Narkotika
      5
      Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
      Contoh : Morfin, Petidin
      Note:
      1. Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daftar W (Warschuwing) atau OTC (over the counter).
      2. Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6.
      3. Obat keras nama lain yaitu obat daftar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dengan resep dokter.
      4. OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker pengelola apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek.
      OBAT WAJIB APOTEK (OWA)
      Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat pemerintah mengeluarkan kebijakan OWA.
      OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
      1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
      2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.
      3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
      Jenis OWA
      Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
      Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan:
      1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
      2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
      3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
      4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
      5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
      Tabel. Contoh OWA
      ObatIndikasiJumlah yang boleh diberikan
      Asam mefenamatAntiinflamasi dan anlagesik10 tablet
      Salep hidrokortisonAntialergi topikal1 tube
      Obat KBantifertilitas1 siklus (28 hari)
      Obat Generik versus Obat Paten
      Obat generik adalah obat yang mengandung zat aktif sesuai nama generiknya, contoh parasetamol generik berarti obat yang dibuat dengan kandungan zat aktif parasetamol, dipasarkan dengan nama parasetamol, bukan nama merek seperti Panadol (Glaxo), Pamol (Interbat), Sanmol (Sanbe). Atau obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
      Obat paten adalah obat dengan nama dagang dan menggunakan nama yang merupakan milik produsen obat yang bersangkutan. Misal: Lipitor (Pfizer), produk innovator/originator yaitu merek dagang untuk Atorvastatin.(Baca : Lipitor: informasi untuk pasien).
      Lipitor
      Produsen obat dalam negeri lebih banyak mengeluarkan obat me-too, alias versi generik dari obat yang telah habis masa patennya yang lalu diberi merek dagang. Kalangan perusahaan farmasi di Indonesia — sekali lagi, yang lokal — cenderung memposisikan produk semacam ini sebagai “obat paten” (mungkin karena mereknya didaftarkan di kantor paten), walau sebenarnya lebih tepat disebut sebagai “branded generic”, alias obat generik bermerek itu tadi.
      Obat generik ditargetkan sebagai program pemerintah untuk meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas khususnya dalam hal daya beli obat. Oleh karena pemasaran obat generik tidak memerlukan biaya promosi (iklan, seminar, perlombaan, dll) maka harga dapat ditekan sehingga produsen (pabrik obat) tetap mendapat keuntungan, begitu pula konsumen mampu membeli dengan harga terjangkau.
      Pada awal kebijakan ini diluncurkan (awal tahun 1990-an), pemerintah mencanangkan penggunaan obat generik (OG), artinya pabrik pembuat obat tidak boleh mencantumkan logo pabrik, namun tetap mencantumkan nama pabriknya. Seiring berjalannya waktu, desakan datang dari produsen obat menginginkan adanya logo pada obat buatannya. Maka muncullah Obat Generik Berlogo (OGB). Pemerintah merasa perlu meluluskan permintaan industri ini asal harga OGB tetap dikontrol oleh pemerintah (khususnya Depkes). Oleh karena itu, sekarang dapat kita jumpai parasetamol produk generik dengan logo yang berbeda-beda, contoh: Kimia Farma, Indo Farma, Dexa Medica, Hexpharm, dll.
      Mengapa OGB bisa murah?
      Banyak orang meragukan khsiat OGB karena harganya jauh dari obat branded (bermerek). Bisa jadi harganya hanya ¼-nya. Beberapa obat bahkan bisa jadi harganya 1/10 dari branded-nya. Lihat perbandingan harga pada tabel berikut.
      Jenis ObatMerekHarga (per 100 tablet)Keterangan
      Amoxycillin tablet 500mgGenerik (Indofarma)
      Amoxil (originator)
      Amoxsan (Sanbe)
      Kalmoxillin (Kalbe)
      Dexymox (Dexa)
      Pehamoxil Forte (Phapros)
      Rp 40.340
      Rp 313.390
      Rp 240.000
      Rp 275.000
      Rp 225.000
      Rp 180.000
      Produk Sanbe tergolong murah di antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain, tetapi lebih dari empat kali lipat harga OGB dan hampir 80% harga produk originator.
      Cefadroxil tablet 500mgGenerik (Hexpharm)
      Duricef (originator)
      Cefat (Sanbe)
      Longcef (Dankos)
      Dexacef (Ferron)
      Docef (Kimia Farma)
      Rp 198.000
      Rp1.329.870
      Rp 670.000
      Rp 650.000
      Rp 635.000
      Rp 484.000
      Produk Sanbe termahal di antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain, tetapi kurang dari empat kali harga OGB dan hanya sekitar 50% harga produk originator.
      Ciprofloxacin tablet 500mgGenerik (Hexpharm)
      Ciproxin (originator)
      Baquinor (Sanbe)
      Scanax (Tempo Scan)
      Quidex (Ferron)
      Phaproxin (Phapros)
      Rp 77.000
      Rp1.853.500
      Rp 865.000
      Rp 625.000
      Rp 833.333
      Rp 658.000
      Produk Sanbe termahal di antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain dan harganya lebih dari 10 kali lipat harga OGB, tetapi kurang dari 50% harga produk originator.
      Wajar saja hal ini terjadi karena biaya yang dikeluarkan produsen untuk menghasilkan obat lebih dari 50% merupakan biaya non-produksi. Alokasi biaya yang paling besar adalah biaya promosi baik berupa iklan, launching produk, seminar di kalangan medis, dan brosur dan barang promosi lain seperti alat tulis, map, kaos, topi, dll. Kalaupun ada iklan OGB sifatnya massal dan dilakukan oleh pemerintah disebut iklan layanan masyarakat. Biaya yang dikenakan oleh media terhadap pemerintah jauh lebih kecil daripada iklan obat branded yang jumlahnya bisa mencapai miliaran. Iklan populer yaitu OGB-nya Indo Farma yang dibintangi Ida Kusuma dan Kak Seto: “Yang penting kan khasiatnya, buat apa beli merek-nya”.
      Bedakah khasiat OGB deng obat branded?
      Tidak hanya masyarakat awam, banyak tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang terjangkau masih ragu dengan khasiat OGB. Banyak rekan dokter dan dokter gigi yang sangsi dengan khasiat OG karena kurangnya informasi yang sampai ke mereka. Faktor lainnya adalah gencarnya para detailer/medrep dari produsen obat branded dengan memberikan “iming-iming”/gimmick menarik jika meresepkan obat dari produsen tersebut.
      Pada dasarnya sebelum OGB dipasarkan harus dilakukan uji khasiat OGB pada sukarelawan sehat di RS (clinical trial fase I), minimal 6 perempuan dan 6 pria dewasa dengan kriteria inklusif yang ketat sebagai probadus. Contohnya probandus harus tidak merokok selama 3 bulan terkahir, kalau bisa yang tidak merokok, tidak mengkonsumsi daging selama seminggu terakhir, tidak mengkonsumsi obat lain 2 minggu sebelumnya.
      Untuk menjadi probandus biasanya diambil dari pedusunan. Para probandus akan diberi informasi sebelumnya, keselamatan diasuransikan, dibayar dan bila sewaktu-waktu merasa tidak nyaman boleh menyatakan berhenti dari trial ini.
      Tes ini harus dilakukan di RS, didukung oleh dokter penanggung jawab yang mampu mengatasi munculnya efek samping, bahkan efek racun obat, dan para peneliti adalah ahli farmakologi biasanya dokter dan apoteker/farmasis.
      Sebelum uji dilakukan, proposal harus dipresentasikan di hadapan komisi etik biomedik penelitian pada manusia di fakultas kedokteran yang ditunjuk Depkes. Begitu pula institusi pemegang lisensi clinical trial ini adalah institusi yang independen dari pabrik obat. Di Indonesia setidaknya terdapat 4 lembaga yang direkomendasikan Depkes untuk uji seperti ini antara lain: Pusat Uji Khasiat Obat (PUKO) FK UI, Bagian Farmakologi dan Pusat Farmakologi Klinik FK UGM, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM, dan Bagian Biomedisin Fakultas Farmasi UNAIR (Lebih lengkap: Baca Clinical Research)
      Pengujian clinical trial fase I ini harus menyertakan kontrol sebagai perbandingan yakni obat paten yang dinilai telah siap digunakan oleh para klinisi. Contohnya bila akan dilakukan uji ketersediaaan hayati (bioavaibilitas) OGB nifedipin produksi Kimia Farma, maka harus dilakukan uji simultan dengan melakuka desain cross-over dengan Adalat (Bayer, zat khasiat Nifedipin). Contoh : (Baca Uji Klinis Tensigard, the first phytopharmaca in Hypertension).
      Setelah dillakukan sampling cairan biologis (darah, urin, atau air ludah) dilakukan analisis kadar obat dengan metode yang sesuai misal HPLC karena spesifitas dan sensitivitas yang tinggi. Akhirnya, uji statistik dilakukan untuk mengetahui adalah perbedan yang signifikan antara OGB dengan pembanding (obat paten).
      Bern melakukan uji clinical trial fase I untuk OGB, biasanya OGB yang diproduksi oleh pabrik besar memiliki khasiat yang sama dengan obat paten pembanding. Harga satu uji bervariasi dari 75-350 juta.
      Berapa jumlah OGB yang dipasarkan di Indonesia?
      Awal peluncuran hanya beberapa puluh saja OGB yang diproduksi, itu pun oleh prabrik milik pemerintah BUMN. Namun seiring dengan upaya memudahkan keterjangkauan oleh daya beli masyarakat, maka diproduksilah lebih dari 170 item obat. Obat-obatan yang dibuat dalam bentuk OGB terutama obat yang diperlukan bagi masyarakat, mulai penyakit simtomatis, misal parasetamol, antalgin, ibuprofen, asetosal, efedrin, CTM, dekstrometorfan, gliseril guaiakolat, ergotamine cafein, antasida, papaverin hingga penyakit infeksi seperti ampisilin, amoksisilin, sefallosporin, kotrimoksasol, metrodinazol, griseofulvin, oksitetrasiklin, dan siprofloksasin.
      Juga tidak ketinggalan obat penyakit degenaratif seperti nifediin, kaptopril, HCT, salbutamol, teofilin, isosorbid dinitrat (ISDN), amitriptilin, diazepam, codein, haloperidol, natrium diklofenak, asam mefenamat, INH, rifampisin, etambutol, dan streptomisin.
      Bentuk obat juga bervariasi mulai dari sirup, sirup kering/dry syrup, tablet, kaplet, tablet kapul, salep. Apotek yang beroperasi mau tidak mau harus melangkapi persediaan OGB tersebut sejumlah item yang ada (sesuai aturan Depkes). Namun kadang banyak apotek yang nakal, hanya pada saat berdiri saja OGB-nya komplit, seiring berjalannya waktu kian lama makin berkurang. Bagaimana analisisnya? (Baca: Kemanakah OGB sekarang?)
      Bolehkah pasien meminta OGB?
      Salah satu hak pasien adalah boleh meminta obat generik saat dokter menulis resep. Petugas apotek/farmasis yang mengganti OGB dengan obat paten tanpa seizin pasien, dapat dilaporkan ke komisi etik karena melanggar hak pasien. Begitu pula sebaliknya, jika dokter menuliskan resep berupa obat paten, sementara pasien memiliki daya beli yang rendah dan meminta OGB sebagai gantinya di apotek, hal ini dapat dibenarkan. Intinya, OGB adalah hak pasien dan tanggung jawab semua tenaga medis untuk memberikannya.
      Perlu diketahui, sesungguhnya banyak dokter yang tidak pernah menyatakan bahwa “obat tidak dapat diganti tanpa sepengetahuan dokter”. Tulisan seperti ini yang biasanya tercantum di bagian bawah kertas resep sebagian besar buatan pabrik obat karena biasanya pabrik obat melalui medrep-nya merayu dokter dengan mebuatkan kertas resep satu rim secara gratis tapi ada embel-embel tulisan di bawah kertas resep.
      Sebenarnya, sepanjang masih ada OGB yang zat khasiatnya sama dengan obat paten, maka bisa saja diganti.
      Glosarium:
      Medrep : medical representatif
      Simptomatis : obat yang menutup/menghilangkan gejala, misal rasa sakit/nyeri diberikan analgesik.
      Degeneratif : penyakit yang sering muncul seiring bertambahnya usia dan sakit pada kemunduran fungsi tubuh, misal hipertensi, TBC, diabetes melitus
      Dry syrup : sirup kering, berupa serbuk jika akan digunakan maka dilarutkan dalam air.
      HPLC : High Perfomence Liquid Chromatography yaitu alat ukur dengan prinsip pemisahan campuran dengan kinerja yang sangat tinggi
      Psikotropika adalah merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik bukan narkotika yang berkhasiat, psikoaktif melalui pengaruh selektif menurut susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU RI No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika).
      Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan tingkat atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU RI No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika).
      Indikasi : petunjuk, tanda gejala yang dapat menjadi alasan dilakukannya suatu tindakan
      Kontra indikasi : obat dengan alasan apapun untuk mencegah makin parahnya penyakit atau terjadinya penyakit baru.
      Referensi:
      Pupitasari, I, 2006, Cerdas Mengenali Penyakit dan Obat, Penerbit B-First, Yogyakarta.
      Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993
      Sarnianto, P., 2007, Strategi Sanbe menekuk pasar ethical, SWA MAJALAH, 28 Juni 2007
      UU RI No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
      UU RI No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
      Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.

      Senin, 07 Desember 2009

      Formulasi steril

      Formulasi steril Famasetika

      FORMULA INFUS
      Infus iv glukosa NaCl (pengganti cairan tubuh, infus mengandung karbohidrat)
      Glukosa 5%
      NaCl q.s
      Aqua p.i ad 500 ml
      Perhitungan Tonisitas
       Perhitungan ekivalensi NaCl
      E = 17 x L
      M
      E = 17 x 1,9
      198,17
      E = 0,163
      Tonisitas
      Glukosa = 5 % x 0,0163 = 0.815 %
      NaCl = a x 1 = a
      0,9 % (isotonis)
      a = 0,085 %
      Formula jadi
      Glukosa 5 %
      NaCl 0,085 %
      Aqua p.i ad 500 ml
      Dibuat 2 botol infus @ 500 ml, total volume infus 1000 ml
      Glukosa = 5 % x 1000 = 50 g
      NaCl = 0,085 % x 1000 = 0,85 g
      Volume = 1000 ml + ( 10 % x 1000 )
      = 1100 ml
      Glukosa = 1100 x 50 g + 5 % x 1100 x 50 g 1000 1000
      = 57,75 g
      NaCl
      = 1100 x 0,85 g + 5 % x 1100 x 0,85 g
      1000 1000
      = 0,98175 g
      Norit = 0,1 % x 1100 = 1,1 g
      H2O2 = 0,1 % x 1100 = 1,1 g
      Tiap 500 ml mengandung
      Glukosa 25 g
      NaCl 0,425 g
      Aqua p.i ad 500 ml
      Infus Uiv ntuk penderita diare berat
      Locke Ringer
      Formula dasar (FI IV hal 1175)
      NaCl 9,0 g
      KCl 0,42 g
      CaCl2 0,24 g
      MgCl2 0,2 g
      NaHCO3 0,5 g
      Dekstrosa 0,5 g
      Agua p.i ad. 1000ml
      Formula jadi : ad. 500ml (ambil ½ nya)
      Latar belakang :
      - Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat
      - Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2
      - Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas
      Perhitungan tonisitas:
      v = Σ (w x E) x 111,1
      = [(4,5 x 1) + (0,21 x 0,76) + (0,12 x 0,51) + (0,50 x 0,16) + (0,25 x 0,65)] x 111,1
      = 551,4226 mL
      % tonisitas = 551,4226/500 x 0,9 = 0,993 %
      Injeksi iv mengandung glukonat
      formula
      Ca glukonat 5 meq /l ( steril DF hal 248)
      NaCl q.s
      Aqua PI ad 500 ml
      Latarbelakang
      Ca glukonat untuk memenuhi kebutuhan Ca tubuh
      NaCl untuk membuat larutan isotonis
      Pembuatan : otoklaf
      Spesifik : 1 g Ca glukonat 4,5 mEq Ca ( DI 88 hal 1401)
      Kebutuhan tubuh 4,5-5,5 mEq kalsium perhari
      Dipilih dosis 4,5 mEq
      1 g Ca. glukonat (monohidrat) ~ 4,5 mEq kalsium
      Dikonversi menjadi :
      4,5 mEq x 1 g = 1 g
      4,5 mEq
      Maka, formula menjadi :
      Ca glukonat 1 g
      Aqua pro injeksi ad 1000 mL
      Tonisitas
      E NaCl = 0,18
      Ca glukonat 1g → 1 g/100 mL = 0,1 %
      0,1 % x 0,18 = 0,018 % (hipotonis)
      Pengisotonis (NaCl) = 0,9 % – 0,018 % = 0,882 %
      Maka, NaCl yang dibutuhkan:
      0,882 % x 100 mL/ 1000 mL = 8,82 g
      Maka, formula menjadi :
      Ca glukonat 1 g
      NaCl 8,82 g
      Aqua pro injeksi ad 1000 mL
      Perhitungan lihat di infus lain!!!!!
      Injeksi iv glukosa 10%
      Formula
      Glukosa 10%
      NaCl q.s
      Aqua p.i ad. 500ml
      Latar belakang
      - Glukosa sebagai zat aktif untuk menambah energy pada pasien yang kehilangan banyak cairan tubuh karena diare berat, hipoglikemik, dehidrasi
      - Pembuatan : Sterilisasi akhir (otoklaf 121OC, 15 menit)
      Tonisitas:
      Lihat infus lain!!!
      Perhitungan:
      Lihat infus lain!!!!
      Infus iv ammonium klorida
      (Alkalosis metabolik)
      Tiap 100 ml mengandung (Martindale hal 1085)
      Ammonium klorida 1%
      (pemilihannya tergantung kondisi pasien sesuaikan dengan pendahuluan)
      Aqua pi ad 100 ml
      Sterilisasi : otoklaf
      Latar belakang:
      o Pada formula ini digunakan zat aktif tersebut karena pada penyakit alkalosis metabolik terjadi kelebihan basa. Oleh karena itu kelompok kami memilih zat aktif tersebut untuk mengembalikan suasana kelebihan basa menjadi netral, infus ini dapat juga untuk cairan pengganti elektrolit.
      o Pada formula ini juga ditambahkan zat aktif ammonium klorida karena biasanya orang atau pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang parah penyakit alkalosisnya yang ditandai dengan spasme dan kontraksi otot yang berkepanjangan (kejang) dan pada kondisi yang sudah parah segera diberikan ammonium klorida untuk menetralkan keadaan darah yang kelebihan basa.
      o Pada formula ini digunakan aqua pro injeksi sebagai pelarut.
      o Pada formula ini dari perhitungan tonisitas ternyata infus yang kami buat ini hipertonis. Oleh karena itu perlu diperhatikan tetesan tiap menitnya agar infus menjadi isotonis. Perlu diingat bahwa infus yang isotonis tetesan per menitnya adalah 2 ml per menit. Maka pada pemakaiannya infus ini diusahakan tetesan per menitnya kurang dari 2 ml.
      o Pada formula ini dibuat 1 botol 100 ml karena hanya untuk pengelolaan alkalosis metabolik
      o Pada formula ini infus diberikan secara intravena untuk segera dapat memberikan efek.
      o Pada formula ini digunakan H2O2 untuk menghilangkan pirogen yang terdapat pada air untuk injeksi sedangkan norit digunakan untuk menghilangkan pirogen dari botol infus.
      Perhitungan dan Penimbangan
      Kesetaraan equivalent elektrolit
      1 g NH4Cl ≈ 18,69 mEq Cl E3 = 1,12
      NH4Cl : 2% x 100 ml = 2 g
      Perhitungan tonisitas
      V = [(W x E)] x 111,11
      = [ (2 x 1,12)] x 111,11
      = 248,8864 ml
      % Tonisitas = Z ml / 100 ml x 0,9 %
      = 248,8864 ml / 100 ml x 0,9 %
      = 2,240 %
      Kesimpulan :
      Larutan infus ini hipertonis maka perlu diperhatikan tetesan per menitnya isotonis (0,9%) tetesan per menit = 2 ml / menit
      Hipertonis (3,15%) maka tetesan permenitnya
      = 0,9%/2,240% x 2 ml = 0,8036 ml
      INFUS IV RINGER LAKTAT (Na laktat)
      Infus intravena Na laktat, misal 2 botol
      Formula dasar (DI 2003 hal 2474)
      Na laktat 50 mEq
      Aqua pi ad 300 ml
      Formula jadi
      (Sterilisasi akhir dengan otoklaf 121oC 15 menit)
      Na laktat 83,33 mEq
      Aqua pi ad 500 ml
      Perhitungan
      1 g Na laktat ~ 8,9 mEq Na laktat
      (Martindale 28 hal 640)
      83,3 mEq x 1 g = 9,36 g
      8,9 mEq
      E NaCl Na laktat = 0,55 (Sprowls hal 189)
      V = (W x E) x 111,1
      = (9,36 x 0,55) x 111,1 = 571,94 ml
      % tonisitas = 571,94 ml x 0,9 %
      500 ml
      = 1,029%(hipertonis)
      Maka di etiket ditulis:
      Larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per meit, laju tetesan maksimal 5 ml/ menit
      Penimbangan:
      V = (v x n) + 10 % (vx n )
      = (2 x 500) + 10 % (2 x 500)
      = 1100 ml
      Latar belakang
      - Na laktat sebaga zat aktif dimana zat ini merupakan agen pengalkali yang digunakan sebagai sumber bikarbonat untuk pencegahan dan pengobatan asidosis metabolik ringan – seddang
      - Tidak ditambah zat pengisotonis karena didapat larutan hipertonis dengan catatan laju tetesan tidak lebih dari 300 ml/jam (DI 2003 hal 2474)
      - H2O2 untuk menghilangkan pirogen pada aqua pi karena injeksi vol. 10 ml harus bebas pirogen
      - Norit untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat
      INFUS IVPROTEIN
      Formula jadi
      Dosis : 5-10 % dalam air
      Tiap botol mengandung (500 ml) :(Martindale P 49)
      Arginin Hidroksida 5%
      NaCl qs
      Aqua p.i ad 100 ml
      Alasan pemilihan formula: : takut hiperproteinemia
      • Protein merupakan makromolekul, dimana monomernya adalah asam amino. Dipilih asam amino Arginin HCl karena merupakan salah satu asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh..
      • Walaupun pada sediaan infus ini tidak mengandung pengawet, uji sterilisasinya dilakukan secara filtrasi karena volumenya yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk di inokulasi langsung.
      Indikasi : pengobatan hyperammonaemia
      Perhitungan Tonisitas
      E arginin HCl = 17 L / M
      L = ptb molal
      M= BM Arginin
      E = 17 x ( 1,9/ 210,7)
      = 0,15
      Arginin untuk 1 L = 40g
      Hitung tonisitas: lihat di infuse lain!!!!
      Perhitungan, lihat di infuse lain!!!
      INFUS MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ION / ELEKTROLIT / DEHIDRASI
      Formula Dasar: berdasarkan buku Steril Dossage Form hal 253-254, dilihat dari kandungan atau konsentrasi ion-ion (elektrolit) yang normal pada plasma.
      Tiap Liter mengandung :
      NaCl 135-145 mEq
      KCl 3,5-5,0 mEq
      CaCl2 5 mEq
      MgCl2 2 mEq
      Sehingga di buat infus dengan formula yang dipilih:
      NaCl 70 mEq
      KCl 2 mEq
      CaCl2 2,5 mEq
      MgCl2 1 mEq
      Dekstrosa qs (ad isotonis)
      Aqua pi ad 500 ml
      Penimbangan (setiap 1 L)
      NaCl = 2 x 70 mEq x 1g = 8,187 g
      17,1 mEq
      KCl = 2 x 2 mEq x 1g = 0,2985 g
      13,4 mEq
      CaCl2 = 2 x 2,5 mEq x 1g = 0,367 g
      13,6 mEq
      MgCl2 = 2 x 1 mEq x 1g = 0,204 g
      9,8 mEq
      V = {( W1 x E1 )+( W2 x E2 )+( W3 x E3 )+( W4 x E4 )} x 111,11
      1100 = {( 9,006 x 1,0 )+( 0,328 x 0,76 )+( 0,4037 x 0,51 )+( 0,224 x 0,45 )+ (0,18 x W5)} x 111,11
      1100 = {( 9,006 + 0,2493 + 0,206 + 0,1008 ) + (0,18 x W5) } x 111,11
      1100 = {9,5621 + (0,18 x W5) } x 111,11
      1100 = 1062,445 + 19,9998 x W5
      37,555 = 19,9998 x W5
      W5 = 1,8777 g
      W5 = Dekstrosa yang dibutuhkan agar infus isotonis (0,9%)
      % isotonis setelah penambahan dekstrosa = 0,9 %
      Kandungan dekstrosa setiap botol infus
      = 500/1100 x 1,8777 g = 0,8535 g ~ 0,854 g
      INFUS iv DEKSTROSA NaCL
      Rencana formula
      Dekstrosa 5 %
      NaCl q.s
      Aqua p.i ad 500 ml
      Perhitungan tonisitas:lihat tonisitas yang lain:
      Latar Belakang Penetapan Formula
      1. Dosis Dekstrosa untuk injeksi IV adalah 5% dan berfungsi sebagai penambah / pelengkap cairan tubuh.
      2. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.
      3. Tidak digunakan pengawet karena berdasarkan literatur (DI 88 hal. 1427) karena sediaan infus yang dibuat merupakan tekanan tunggal sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasinya mikroba sangat kecil.
      INFUS IV MENGANDUNG NUTRISI
      Formula:
      Glucosa 5%
      Arginin HCl qs
      Vitamin C qs
      Aqua.p.i ad 500 ml
      Hitung tonisisitas!!!
      INJEKSI LARUTAN GLISIN
      Formula Dasar (DI hal 2556)
      Glisin 15mg/ml
      Aqua pi ad 500 ml
      Formula jadi
      Glisin 15 mg/ml
      NaCl qs
      Aqua pi ad 500 ml
      Infuse iv glisin ( asupan protein)
      (yuki punya)
      Glisin 1,5 % ( martin 28 hal 53)
      Aqua pi ad 500 ml
      Pembuatan : otoklaf 121 ®c 15
      HITUNG TONISISTAS!!!
      :
      INFUS IV NaCL
      Formula:
      NaCl 0,9%
      Aqua pi ad 500 ml
      INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT
      Formula jadi :
      Dekstrosa 5 % ( DI p. 2505 )
      NaCl qs
      Aqua pi ad 500 ml
      Perhitungan tonisitas
      E dekstrosa = 5 % x 0,16 = 0,8 %
      NaCl yang dibutuhkan = 0,9 % - 0,8 % = 0,1 %
      g NaCl = 0,1 g /100ml x 500 ml = 0,5 g
      Rute = iv
      Sterilisasi = autoklaf 121 ºC, 15 menit
      INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ASIDOSIS (Na bikarbonat)
      Formula :
      Na Bikarbonat 5 mEq/kg BB
      Aqua pi ad 500 ml
      Latar Belakang :
      Na. Bikarbonat dipilih sebagai zat aktif dimana Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang menghasilkan ion bikarbonat untuk pengobatan asidosis metabolit akut.
      H2O2 untuk menghilangkan pirogen pada aqua pi sehingga diperoleh aqua bebas pirogen karena injeksi yang dibuat dengan volume lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.
      Norit digunakan untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat karena injeksi yang bervolume besar harus bebas pirogen.
      Perhitungan Dosis Infus Na bikarbonat
      Dosis = 5 mEq / Kg BB (DI 2003 halaman 2472)
      Sehingga dosis= 5 mEq
      ----------- x 50 Kg = 250 mEq
      1 kg
      Dosis (mEq) Yang diperoleh kurang lebih memenuhi untuk dosis pengobatan asidosis metaolik akut , dimana pemberian Na.bikarbonat utnuk asidosis metabolic akut yang konsentrasi nya serum bikarbonat ≤ 8 mEq/ L (DI 2003 hal 2471)
      - Rentang ion bikarbonat normal pada orang dewasa 26-30 mEq steril sossage Form Hal 248)
      - Rumus dosis mEq Na bikarbonat ( DI 2003 hal 2472)
      - MEq NaHCO3 = 0,3 x 50 kg x ( 26-8) mEq/L
      = 270 mEq
      Dosis 250 mE kurang lebih memenuhi dosis pengobatan asidosis metabolik akut yang tertera pada mertindale 28 hal 634 yang sampI DENGAN 4,2% ( 0,5 % mmol / ml) dimana:
      1g Na. Bikarbonat setara dengan 12 mEq ion Na dan bikarbat (Handbook injectable hal 1165)
      Bobot Na bikarbonat
      = 250 mEq
      -------------- x 1 g = 20,83 g
      12 mEq
      Jadi dosis = 20,83 NHCO3/ 500 ml
      = 4,167 g NaHCO3 / 100 ml
      = 4,167 % NaHCO3
      INFUS YANG MENGANDUNG NA, K, Ca, dekstrosa
      Formula ( Formularium nasional edisi II 1978 hal 203 )
      Tiap 500 ml mengandung :
      NaCl 4,3 g
      KCl 150 g
      CaCl2 2,4 g
      Aqua pi ad 500 ml
      Rancangan formula
      Tiap 500 ml mengandung :
      NaCl 7,018 g
      KCl 0,149 g
      CaCl2 0,147 g
      Dekstrosa 11,218 g
      Aqua pi ad 500 ml
      Latar belakang pemilihan formula
      1. Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat infus yaitu larutan harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral sedangakan glukosa cair tidak cocok untuk sediaan parenteral.
      2. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.
      3. Kalium merupakan kation utama dalam cairan intraseluler dan lebih penting dalam mengatur keseimbangan asam basa, tonisitas dan elektrodinersitas. Untuk menggantikan kalium yang hilang digunakan KCl yang lebih mudah larut dalam air.
      4. Kalsium merupakan kation yang penting sebagai aktivator dan berbagai macam reaksi enzimatis, dipakai dalam bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air.
      5. Norit digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang mungkin ada.
      6. H2O2 digunakan untuk membebaskan pirogen dalam sediaan infus karena syarat untuk sediaan infus harus bebas pirogen.
      7. Natrium merupakan kation mayor dalam cairan ekstraseluler. Fungsinya adalah pengontrol distribusi air, cairan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik dari cairan tubuh. NaCl digunakan karena larut dalam air dan digunakan sebagai natrium yang hilang
      Penimbangan
      NaCl : 120 mEq x 1g = 7,018 g
      17,1 mEq
      KCl : 2 mEq x 1g = 0,149 g
      13,4 mEq
      CaCl2 : 2 mEq x 1g = 0,147 g
      13,6 mEq
      Perhitungan isotonis
      V = {( W1 x E1 ) + ( W2 x E2 ) + ( W3 x E3 )} x 111,1
      = {(7,018 x 1) + (0,149 x 0,76) + (0,147 x 0,51)} x 111,1
      = 800,57 ml
      % Tonisitas = 800,57 ml x 0,9 %
      1000 ml
      = 0,72 %
      Dekstrosa yang dibutuhkan agar infus isotonis :
      V = 800,57 + ( 0,16 x W5 ) x 111,1
      1000 = 800,57 – 17,7776 W5
      199,43 = 17,7776 W5
      W5 = 11,218 g
      LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG
      Rencara formula :
      Formula I : NaCl fisiologis ( DI 2003 hal 2555 )
      Formula II : Air steril pro injeksi (DI 2003 hal 2555 )
      Formula III : Ringer ( DI 2003 hal 2556 ), isinya :
      - NaCl 8,6 g
      - KCl 0,3 g
      - CaCl2 0,33 g
      - Air ad 1000 ml
      Usulan formula :
      NaCl 0,9 %
      Aqua p.i ad 500 ml
      Alasan pemilihan formula :
      * Hanya menggunakan NaCl saja karena untuk mencuci lambung ( DI )
      * Menggunakan aqua p.i karena menggunakan metode sterilisasi akhir

      FORMULA OBAT MATA
      LARUTAN CUCI UNTUK MATA MERAH, BERAIR, BENGKAK
      Tiap 10 ml mengandung
      Asam borat 1g
      Dinatrii edetat 5mg
      Natrium klorida 10mg
      Benzalkonium klorida 1 μg
      Aqua p.i ad. 10 ml
      Perhitungan W dari zat aktif yang ditambahkan
      BM Asam borat = 203,7
      E Asam borat : 17 x L = 17 x 3,4 = 0,2838
      M 203,7
      E Na EDTA : 0,20
      E benzalkonium klorida : 0,16
      Asam borat :0,2838 x 0,125% = 0,035%
      Na EDTA : 0,2 x 0,125% = 0,025%
      Benzalkonium klorida : 0,16 x 0,0125% = 0,004%
      Total : 0,064%
      NaCl yang ditambahkan : 0,9%-0,064% = 0,836%
      Penimbangan
      Dibuat 6 botol = 6 x 60 ml = 360 ml
      V = 360 ml + (10% x 360 ml) = 396 ml
      Larutan yang dibuat : 400 ml
      Asam borat : 0,125% x 400 ml = 0,5 g = 500 mg
      Benzalkonium klorida : 0,025% x 400 ml = 0,1 g = 100 mg
      NaCl : 0,8363% x 400 ml = 3,34 g = 3340 mg
      Na EDTA : 0,125% x 400 ml = 0,5 g = 500 mg
      Latar Belakang :
       Zat aktif yang dipilih adalah Asam borat karena mudah larut dalam air dan mempunyai khasiat sebagai fungistatik dan antibakteri sehingga diharapkan dapat mengatasi mata bengkak,berair dan mata merah.
       Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet yang bermanfaat untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme selama pemakaian, karena merupakan dosis ganda.
       NaCl digunakan sebagai pengisotonis untuk meningkatkan kenyamanan penggunaannya.
       Dinatrium edetat digunakan sebagai agen pengkelat untuk mengikat ion logam-logam yang berasal dari wadah gelas, selain itu wadah gelas berkapur dapat membebaskan logam yang dapat mengkatalisis hidrolisis zat aktif menjadi tidak stabil, selain itu juga preparat mata tidak boleh mengandung logam.
       Karena ketidakstabilan zat aktif terhadap cahaya maka wadah yang digunakan adalah botol coklat.
       Uji sterilitas menggunakan teknik penyaringan dengan filter membran karena sediaan ini mengandung pengawet.
      LARUTAN CUCI MATA ASAM BORAT, ANTIFUNGI, GATAL PD KELOPAK MATA
      Formula jadi
      Asam borat 1,116 g
      Natrium borat 0,191 g
      NaCl 0,26 g
      Aqua pro injeksi ad 100 ml
      Latar belakang
      1. Asam borat dipilih sebagai zat aktif karena berkhasiat sebagai antibakteri dan fungistatik.
      2. Na borat dipilih sebagai pendapar sehingga pH larutan mendekati pH normal mata yaitu 7,4.
      3. Formula ini menggunakan NaCl sebagai zat pengisotonis sehingga tidak menyebabkan iritasi pada mata.
      4. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dalam sediaan ini.
      Perhitungan tonisitas
      E NaCl Asam borat = 0.50 ( Sprowls, Hal 187 )
      E NaCl Natrium borat = 0,42 ( Sprowls, Hal 189 )
      V = [ ( W1 x E1 ) + ( W2 x E2 ) + ( W3 x E3 ) ] x 111,1
      = [ ( 1,116 x 0,50 ) + ( 0,191 x 0,42 ) + ( 0,26 x 1 ) ] x 111,1
      = 99, 7922 ml
      % tonisitas = 99,7922 ml x 0,9 % = 0,8981 %
      100 ml
      Perhitungan Volume
      Dalam 1 batch berisi 2 botol
      V = ( v x n ) + 10 % ( v x n )
      = (100 x 2) + 10 % (100 x 2)
      = 200 + 20
      = 220 ml
      Perhitungan Bahan – Bahan
      - Asam borat = 1,116 g x 220 ml = 2,455 gram
      100 ml
      - Natrium borat = 0,191 g x 220 ml = 0,42 gram
      100 ml
      - NaCl = 0,26 g x 220 ml = 0,572 gram
      100 ml
      - Aqua pro injeksi ad 220 ml
      Penimbangan
      - Asam borat = 2,455 gram
      - Natrium borat = 0,42 gram
      - NaCl = 0,572 gram
      OBAT MATA Na DIKLOFENAK
      Formula jadi
      Diklofenak sodium 0,1%
      Benzalkonium klorida 0,02 %
      Na EDTA 0,1 %
      NaCl 0,858%
      Aqua pro injeksi ad 10 mL
      Yuki’S
      Diklofenak sodium 0,1%
      Benzalkonium klorida 0,02 %
      NaCl qs
      Aqua pro injeksi ad 10 mL
      LATAR BELAKANG PEMILIHAN FORMULA
      1. Dosis yang dipakai 0,1% karena merupakan dosis yang dapat memberikan efek antiinflamasi.
      2. Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet yang berguna untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme selama pemakaian, karena merupakan sediaan dosis ganda.
      3. Dinatrium edetat digunakan sebagai agen pengkelat untuk mengikat ion logam-logam yang berasal dari wadah gelas, selain itu wadah gelas berkapur dapat membebaskan logam yang dapat mengkatalisis hidrolisis zat aktif sehingga menjadi tidak stabil, selain itu preparat mata juga tidak boleh mengandung logam.
      4. NaCl digunakan sebagai pengisotonis untuk meningkatkan kenyamanan penggunaannya.
      5. Karena ketidak stabilan zat aktif terhadap cahaya maka wadah yang digunakan adalah botol coklat.
      6. Uji sterilitas menggunakan teknik penyaringan dengan filter membran karena sediaan ini mengandung pengawet.
      OBAT MATA MENGANDUNG ATROPIN SULFAT
      Formula dasar (Fornas hal 32):
      Atropin Sulfat 100 mg
      Natrii Chloridum 70 mg
      Benzalkonii Chloridum 2 µl
      Dinatrii Edetas 5 mg
      Aqua pro Injectione ad, 10 ml
      Formula rencana :
      Atropin sulfat 0,5%
      NaCl q.s.
      Benzalkonium klorida 0,02%
      Na EDTA 0,05%
      Aqua pro Injeksi ad 10ml
      Formula Yuki’S
      Atropin sulfat 1% (DI 88 hal 1566)
      NaCl q.s.
      Benzalkonium klorida 0,01%
      Aqua pro Injeksi ad 10ml
      Latar belakang pemilihan formula dan cara pengerjaan:
      1. Ditambahkan Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena sediaan tetes mata ini dosis ganda.
      2. Pengawet yang digunakan adalah Benzalkonium klorida karena tidak mengiritasi mata dan umum digunakan.
      3. Sediaan akhir disterilisasi dengan otoklaf 121°C selama 15 menit karena atropin sulfat hanya mengembang diudara kering bukan di udara yang mengandung uap air.
      TETRASIKLIN HCl
      Formula dasar ( martindel 28 hal 1221)
      Tiap 10ml mengandung
      Tetrasiklin x g
      Pengisotonis y g
      Pelarut ad x ml
      Rencana formula
      Tiap 10ml mengandung :
      Tetrasiklin HCl 1%
      NaCl 0,9%
      Aqua P.i ad 10ml
      Formula Jadi
      Tiap 10ml mengandung:
      Tetrasiklin Hcl 1%
      Aqua P.i ad 10ml
      Wadah : dalam botol 10ml
      Rute pemberian : tetes mata
      Alasan pemilihan formula:
      • Sediaan dibuat dalam bentuk suspensi rekonstitusi karena Tetrasiklin tidak stabil dalam air.
      • Dosis Tetrasiklin HCl yang digunakan sebanyak 1% dimaksudkan untuk pengobatan antimikroba pada mata
      • NaCl digunakan sebagai pengisotonis karena sediaan yang dihasilkan hipotonis, sementara sediaan tetes mata diupayakan isotonis..
      Pembuatan : di LAF
      Dibuat 6 botol, masing-masing botol berisi 10ml
      Volume = 6 x { volume + (10% x volume )}
      = 6 x {10ml + (10%x 10ml )}
      = 66ml
      Perhitungan Tonisitas
      E Tetrasiklin HCl = 0,12
      Wtetrasiklin hcl = 1g / 100ml x 10ml
      = 0,1g
      V = {∑ ( W x E)tetrasiklin} x 111,11
      = ( 0,1 x 0,12) x 111,11
      = 1,33332 mL
      % Tonisitas = (1,33332mL / 10ml) x 0,9%
      = 0,11999% → Hipotonis
      Maka perlu penambahan Pengisotonis ex : NaCl
      W = 0,9% – 0,11999%
      = 0,78%
      Penimbangan ( untuk 66ml)
      • Tetrasiklin HCl : 1% x 66ml = 0,66g
      = 660mg
      • NaCl : 0,78% x 66ml = 0,5148 g
      = 514,8 mg
      POLIVINIL ALKOHOL
      Formula Dasar 1: (Martindale ed 28 hal 376)
       Polivinil alkohol 1,4 %
       NaCl 0,9 %
       Thiomersal 0,001 %
      (Sterilisasi dengan otoklaf 120° 30 menit)
      Formula Dasar 2:
      (http://www.patentstorm.us/patents/5800807-description.html)

      Constituent % w/w
      ______________________________________
      Glycerin 1.0
      Propylene glycol 0.5
      HPMC 1.0
      Boric acid 0.300
      Sodium borate 0.035
      NaCl 0.096
      KCl 0.097
      Edetate disodium 0.030
      Benzalkonium chloride 0.021
      Purified water q.s. to 100%
      ______________________________________
      Catatan: HPMC dapat di ganti Polivinil alkohol (penambah viskositas)
      Formula Pilihan:
       Polivinil alkohol 1,4 %
       Benzalkonium Cl 0,013 %
       Disodium Edetat 0,1 %
       Aqua pi ad 10 ml
      Benzalkonium klorida: Sebagai pengawet, dikombinasikan dengan disodium edetat untuk meningkatkan aktivitasanti mikroba benzalkonium klorida.
      Yuki’S
      Formula
      Poli vinil alcohol 1,4 % ( Martin 28 hal 376)
      Thiomersal 0,001 % ( cairan air mata)
      NaCl q.s
      Aqua pi ad.10 ml
      Pembuatan : autoklaf 121 derajat 15 menit
      Perhitungan:
      Polivinil alcohol  bukan elektrolit  L =1,9
      Thiamersal : elektrolit uni-univalen  L = 3,4
      TETES MATA BETAMETASON NATRIUM
      Betametason natrium fosfat 0,1%
      Benzalkonium klorida 0,01%
      Dapar fosfat pH 8,0 ad 10 ml
      (wadah botol tetes mata @ 10 ml)
      Latar belakang pemilihan:
      1. Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet. Fungsinya untuk mencegah rekontaminasi mikroorganisme selam pemakaian, karena merupakan sediaan dosis ganda.
      2. Digunakan dapar fosfat isotonis pH = 8,0, karena diketahui larutan betametason natrium fosfat stabil dalam air pH= 8,0.
      3. Teknik sterilisasi yang dipilih adalah aseptis karena betametason termasuk kedalam golongan hormon steroid yang tidak stabil terhadap pemanasan.
      Yuki’S
      Tetes Mata Betametazon Na( Martindale 28 hal 462)
      - Betametazon Na.Fosfat 0,1 %
      - Benzalkonium Cl 0,01%
      - NaCl q.s
      - Aqua pi ad. 10ml
      pembuatan : aseptic
      Sterilisasi : LAF
      Perhitungan:
      Betametason Na.Fosfat E= 17x 4,3
      ---- = 0,14
      516,4
      Tonisitas = (0,1% x 0,14 ) + ( 0,02 % x 0,16)
      = 0,0172 %
      %NaCl = 0,9%-0,0172% = 0,8828g/100ml
      Untuk 10 ml
      = 10 ml x 0,8828 g = 0,08828 g
      100 ml
      NEOMISIN SULFAT
      Formula dasar (Sterile Dosage Forms hal 381)
      Neomisin Sulfat 10 %
      Sodium metabisulfit 0,1%
      Aqua p.i ad 10 ml
      Formula rencana
      Neomisin Sulfat 0,5 %
      Sodium metabisulfit 0,5 %
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      NaCl q.s
      Aqua p.i ad 10 ml
      Yuki’S
      Tetes mata mengandung Neomisin SO4 (2 botol)
      Formula jadi
      Neomisin SO4 35 mg
      ( ~ Neomisin) (Martindale 25 hal 1191 )
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Aqua pi ad 10 ml
      Sterilisasi : Oven 98 º- 100º selama 30 menit
      Neomisin SO4 ( Uni – divalen )
      710,6 mg x 35 mg = 40,5 mg → 0,405 %
      614,6 mg
      Perhitungan ekuivalen :
      Neomisin SO4 = 710,6 mg
      Neomisin = 614 mg
      E= 17 x 4,3 = 0,103
      710,6mg
      Tonisitas = ( 0,405 % x 0,103 )+ ( 0,01 % x 0,16 )
      = 0,0433 %
      % NaCl = 0,9 % - 0,0433 % = 0,8567 %
      % 10 ml = 10 x 0,8567 = 0,0857 g NaCl
      100
      TETRAHIDROZOLIN HCl
      FORMULA Dasar (ISO)
      Tetrahydrozolinn HCl 0,05 %
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Asam Borat q.s
      Aqua p.i ad 10 ml
      Dasar pemilihan formula:
      1. Tetrahydrozolin HCl 0,05 %, karena volume normal air mata dalam mata 7 µl,dan mata yang, tidak berkedip dapat memuat paling banyak 30 µl sedangkan pada obat tetes mata biasanya 1-2 tetes (50-100 µl), jadi tetesan obat, dimasukkan kebanyakan akan hilang, hingga dipilih konsentrasi maksimum yaitu 0,05% yang diharapkan dapat memberikan efek maksimum untuk mengatasi iritasi mata.
      2. Dipilih benzalkonium klorida sebagai pengawet karena benzalkonium klorida adalah salah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antirmikroba dengan spektrum luas. Dosis yang umum dipakai pada sediaan tetes mata adalah 0,01%.
      3. Asam borat digunakan sebagai larutan dapar isotonis
      Yuki’S
      Formula jadi
      Tetrahidrozolin HCl 0,05%
      Benzalkonium klorida 0,01%
      NaCl qs
      Aqua pi ad 10 ml
      Latar Belakang :
      -Tetrahidrozolin HCl memberikan efek secara lokal sehingga diharapkan memberikan efek sebagai antialergi dan anti iritasi secara cepat dengan konsentrasi 0,05%
      #Dosis :0,01-0,05% (Martindale P33, DI P 2703)
      #Pembuatan : otoklaf
      GENTAMISIN SO4
      FORMULA
      Gentamisin SO4 0,3 %
      NaCl 0,38 %
      Benzalkonium klorida 0,02 %
      Na. Metabisulfit 0,1 %
      Na. EDTA 0,1 %
      Aqua Steril ad 10 ml
      YUKI’S
      Sediaan tetes mata Gentamisin sulfat DI 88 P. 1513
      Gentamisin sulfat 0,3 % ( setara dengan gentamisin)
      Benzalkonium Cl 0,01% ( E = 0,16)
      NaCl q.s
      Aqua pi ad.10 ml
      Pembuatan : aseptic ( filtrasi)
      Gentamisin sulfat => L= 4,3 (uni divalen)
      E = 17. 4,3
      -----
      M
      Dosis Gentamisin Sulfat
      = BM Gentamisin SO4
      ----------------------------- X Dosis gentamisin
      BM Gentamisin
      TETES MATA NaCl + KCl
      Formula rencana
      Pilokarpin HCl 1%
      Benzalkonium klorida 0,01%
      NaCl 0,6584%
      Aqua steril ad 10mL
      YUKI’S
      NaCl 0,44%
      KCl 0,08%
      Benzalkonium klorida 0,02%
      Aqua pi ad 10 ml
      Untuk cairan pengganti cairan mata
      Sterilisasi akhir : Otoklaf
      PILOKARPIN
      Pilokarpin HCl 2 %
      NaCl 0,3581 g
      Dinatrii edetat 0,05 %
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Aqua p.i ad 10 ml
      Dasar pemilihan formula :
      1. Pemilihan dosis Pilokarpin sebesar 2% karena konsentrasi teresebut masih masuk dalam rentang dosis yang tertera pada literatur (1 – 4%)
      2. Dipilih Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena Benzalkonium klorida adalah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antimikroba dengan spektrum luas selain itu Benzalkonium klorida tidak OTT terhadap zat aktif (pilokarpin HCl) dan bahan pembantu lainnya.
      3. NaCl dipilih sebagai bahan pengisotonis, karena NaCl tidak OTT tterhadap zat lainnya. Dan NaCl merupakan zat yang aman digunakan untuk sediaan tetes mata.
      4. Dinatrii edetat dipilih sebagai chelating agent. Dengan penambahan Dinatrii edetat dapat memperlama durasi zat aktif kontak dengan mata.
      Yuki’s
      Untuk glaukoma (Pilokarpin)
      Formula jadi :
      ( Formula dasar Martindale 28 hal 1045)
      Tiap 10 ml mengandung :
      Pilokarpin HCl 1 %
      Benzalkonium klorida 0,02 %
      Dinatrium Edetat 0,05 %
      Borax 0,1 %
      NaCl qs
      Aqua pi ad 10 ml
      Sterilisasi : Otoklaf 121 ºC, 15 menit
      Latar Belakang :
      Borax sebagai buffer, karena pada data stabilitas yang tercantum (Connors hal 565) menganjurkan pendaparan larutan pilokarpin untuk mata pada pH 4-5 untuk stabilitas obat yang optimal dan absorbsi obat pada kornea.
      Dinatrii edetas sebagai agent perkelat karena untuk mengikat logam yang mungkin ada dari alat-alat, karena wadah gelas dapat membebaskan alkali yang dapat mengkatalisis hidrolisis pilokarpin sehingga
      TIMOLOL
      Rencana Formula :
      Timolol maleat 0,5%
      Benzalkonium Klorida 0,013%
      Disodium edetat 0,1%
      Aqua steril ad 5 ml
      Perhitungan Tonisitas :
      E NaCl Timolol Maleat
      = 17 L = 17 x 1,9 = 0,0747
      M 432,5
      Timolol = 0,5% x 0,0747 = 0,03735 %
      Benzalkonium Cl = 0,013 % x 0,16 = 0,00208%
      Disodium Edetat = 0,1% x 0,23 = 0,02300 % +
      0,06243%
      Dari perhitungan di atas, maka diketahui bahwa rencana formula tersebut bersifat hipotonis.
      Maka NaCl yang ditambahkan agar isotonis (0,9%) = 0,9%-0,06243%
      = 0,83757%
      Formula Pilihan:
      Timolol maleat 0,5%
      Benzalkonium Klorida 0,013%
      Disodium edetat 0,1%
      Aqua steril ad 5 ml
      Yuki’S
      Tetes mata Timolol maleat untuk glaukoma
      ( Martindale 28 hal 1351 )
      Timolol maleat 0,05 g
      Benzalkonium klorida 0,0001 g
      NaCl q.s
      Aqua pi ad 10 ml
      Sterilisasi : Autoklaf
      Dosis 0,25 % - 0,5 %
      SULFASETAMID Na
      Sulfasetamid Na 10 %
      Na pirosulfit 0,1 %
      Phenilhidrargin nitras 0,002%
      Dinatrii edetas 0,01%
      Aqua p.i ad 10 ml
      Dasar pemilihan formula:
      1. Digunakan Sulfasetamid Na sebagai zat berkhasiat sebesar 10% karena volume normal air mata dalam mata 7 µl,dan mata yang, tidak berkedip dapat memuat paling banyak 30 µl sedangkan pada obat tetes mata biasanya 1-2 tetes (50-100 µl), jadi tetesan obat, dimasukkan kebanyakan akan hilang,
      2. Dipilih Na Pirosulfit sebagai antioksidan karena sulfasetamid Na tidak stabil terhadap cahaya dan mudah teroksidasi sehingga warnanya dapat berubah.
      3. Fenilmerkuri nitras digunakan sebagai pengawet, untuk mencegah berkembangnya atau masuknya mikroorganisme dengan tidak sengaja yang masuk ke dalam larutan ketika wadah terbuka selama pemakaian.
      4. Dinatrii edetas digunakan sebagai dapar untuk menjamin kestabilan obat
      Yuki’S
      Tetes Mata Sulfasetamid. Na
      Formula jadi :
      Sulfasetamid Na 10 %
      Na. Metabisulfit 0,1 %
      Dinatrium Edetat 0,1 %
      Benzalkonium Cl 0,02 %
      Latar Belakang :
      Na. Metabisulfit : digunakan sebagai antioksidan & untuk menghindari terjadinya pengendapan dari Sulfacetamid Na.
      Dinatrium Edetat untuk meminimalkan terjadinya perubahan warna yang mungkin terjadi pada saat pemanasan dan penyimpanan.
      Pada sediaan tetes mata tidak digunakan dapar dan pengisotonis, karena penggunaan tetes mata kurang dari 10 ml sehingga tidak diperlukan larutan yang isotonis dan isohidris.
      Larutan tetes mata ini dapat segera diencerkan oleh cairan mata.
      ANTI ALERGI DAN IRITASI
      Tiap 10 ml mengandung :
      Tetrahydrozolin HCl 0.05 %
      Benzalkonium klorida 0,01%
      Aqua pi ad 10 ml
      Dasar pemilihan formula :
      • Tetrahydrozolin HCl 0.05%, dipilih konsentrasi tersebut karena volume normal air dalam mata 7μl dan mata yang tidak berkedip dapat memuat paling banyak 30 μl sedangkan pada pemakaian obat tetes mata biasanya 1-2 tetes (50-100μl) jadi tetesan obat yang dimasukkan kebanyakan akan hilang hingga dipilih konsentrasi maksimum yaitu 0,05% yang diharapkan dapat memberikan efek maksimum untuk mengatasi anti iritasi dan alergi mata
      • Tetrahydrozolin HCl sebagai zat aktif, digunakan sebagai alergi dan anti iritasi. Dipilih tetrahydrozolin HCl karena lebih mudah larut dalam air dan dengan konsentrasi yang kecil sudah dapat memberikan efek. Tetrahydrozolin HCl juga memberikan efek secara lokal bukan sistemik hingga diharapkan efeknya akan cepat tercapai
      • Dipilih benzalkonium klorida sebagai pengawet karena benzalkonium klorida adalah salah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antimikroba dengan spectrum luas. Dosis yang umum dipakai pada sediaan tetes mata adalah 0,01%.
      Yuki’s
      Tetes mata Tetrahidrozolin HCl
      Formula jadi
      Tetrahidrozolin HCl 0,05%
      Benzalkonium klorida 0,01%
      NaCl qs
      Aqua pi ad 10 ml
      Latar Belakang :
      Tetrahidrozolin HCl memberikan efek secara lokal sehingga diharapkan memberikan efek sebagai antialergi dan anti iritasi secara cepat dengan konsentrasi 0,05%
      #Dosis :0,01-0,05% (Martindale P33, DI P 2703)
      #Pembuatan : otoklaf
      OBAT TETES ANESTETIK LOKAL
      Tiap botol ( 10 ml ) mengandung :
      Tetrakain Hidroklorida 0,5 %
      Benzalkonium Klorida 0,01 %
      NaCl 0,8084 %
      Aquadest ad 10 ml
      Dasar Pemilihan Formula
      • Tetrakain Hidroklorida digunakan secara topikal pada mata sebagai anastetik lokal dengan dosis 0,5 %. Kecepatan anastetik Tetrakain Hidroklorida adalah 25 detik sehingga dapat dengan cepat menimbulkan efek anastetik yang diinginkan dan mempunyai durasi aksi selama 15 menit atau lebih.
      • Dipilih benzalkonium klorida sebagai pengawet karena benzalkonium klorida adalah salah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antimikroba dengan spektrum luas dan dengan kelarutan sangat mudah larut dalam air. Dosis yang umum dipakai pada sedian tetes mata adalah 0,01 %.
      • NaCl ditambahkan karena formula yang dibuat hipotonis jadi untuk membuat sediaan isotonis perlu ditambahkan NaCl
      Yuki’S
      CAIRAN PENGGANTI AIR MATA
      Rancangan Formula Dasar
       Polivinil alkohol 1,4 %
       Benzalkonium Cl 0,01 %
       Dapar fosfat Ph 7,4 ad 10 ml
      ( Wadah botol tetes mata @ 10 ml )
      (Sterilisasi dengan otoklaf 120° C 30 menit)
      PERHITUNGAN TONISITAS
      Pembuatan dapar fosfat isotonis PH 7,4 ad 90 ml
      Larutan NaH2PO4 0,8 %
      = 0,8 x 90 ml = 0,72 g = 720 mg ad 90 ml aq pi
      100
      Larutan Na2HPO4 0,947 %
      = 0,947 x 90 ml
      100
      = 0,8523 g
      = 852,3 mg ad 90 ml aq pi
      Jadi dapar fosfat isotonis PH 7,4 terdiri dari :
      Lar NaH2PO4 0,8 % = 20 ml x 90 ml = 18 ml
      100 ml
      Lar Na2HPO4 0,947 % = 80 ml x 90 ml = 72 ml
      100 ml
      NaCl 0,44 g / 100 ml
      = 0,44 g x 90 ml = 0,396 g = 396 mg
      100 ml
      Pembuatan dapar fosfat
      NaCl + 18 ml Lar NaH2PO4 + 72 ml Lar Na2HPO4, campur ad homogen
      Formula Jadi :
      Tiap ml mengandung :
       Polivinil alkohol 1,4 %
       Benzalkonium Cl 0,01 %
       Dapar fosfat PH 7,4 ad 10 ml
      Yuki’S
      Formula
      Poli vinil alcohol 1,4 % ( Martin 28 hal 376)
      Thiomersal 0,001 % ( cairan air mata)
      NaCl q.s
      Aqua pi ad.10 ml
      Pembuatan : autoklaf 121 derajat 15 menit
      Perhitungan:
      Polivinil alcohol  bukan elektrolit  L =1,9
      Thiamersal : elektrolit uni-univalen  L = 3,4
      ANTI GLAUKOMA
      Formula I Formula II
      Epinefrin HCl 1 % Epinefrin HCl 1 %
      Benzalkonium klorida 0,01 % Benzalkonium klorida 0,01 %
      Edetat dinatrium 0,1 % Edetat dinatrium 0,1 %
      Na. Metabisulfit 0,5 % Na. Metabisulfit 0,1 %
      NaCl q.s NaCl q.s
      Aqua pro injeksi ad 10 ml Aqua pro injeksi ad 10 ml
      Usulan formula
      Epinefrin HCl 1 %
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Edetat dinatrium 0,1 %
      Na. Metabisulfit 0,5 %
      NaCl q.s
      Aqua pro injeksi ad 10 ml

      Wadah : botol tetes mata
      Volume : 10 ml
      Dosis : 1 - 2 tetes, sekali atau dua kali sehari
      Pemakaian : Diteteskan pada mata
      Alasan pemilihan formula
      1. Epinefrin digunakan sebagai antiglaukoma karena dengan dosis yang kecil efektif untuk mengobati glaucoma dan tidak menimbulkan siklopegia. Epinefrin yang digunakan adalah epinefrin HCl karena larut dalam air.
      2. Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet karena obat tetes mata ini dengan pemakaian dosis ganda. Selain itu benzalkonium klorida stabil pada rentang pH yang lebar.
      3. Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah oksidasi pada epinefrin HCl (Martindale hal.1291, Handbook of excipient hal. 451)
      4. Edetat dinatrium digunakan sebagai sinergis anti oksidan untuk meningkatkan kerja anti oksidan Na. metabisulfit. Dapat menstabilkan epinefrin. Dan memilik efek anti mikroba denggan dikombinasi dengan pengawet lain seperti benzalkonium klorida.
      5. NaCl. Ditambahkan karena formula yang dibuat hipotonis jadi untuk membuat sediaan tersebut menjadi isotonis atau hipertonis diperlukan NaCl.
      Perhitungan tonisitas
      E epinefrin = 0,29
      E Na.metabisulfit = 0,67
      E benzalkonium klorida = 0,16
      E Na.edetat = 0,23
      Epinefrin = 0,29 x 1% = 0,29 %
      Na. metabisulfit = 0,67 x 0,5 % = 0,335 %
      Benzalkonium klorida = 0,16 x 0,01 % = 0,0016%
      Na. edetat = 0,23 x 0,1 % = 0,023%
      % Tonisitas
      = 0,29 + 0,335 + 0,0016 + 0,023 = 0,6496
      “ Maka perlu ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis.”
      Yuki’s
      Tetes mata Epinefrin
      Formula jadi
      Epinefrin bitartrat 1% (Martindale P4)
      Na. Metabisulfit 0,1%
      Benzalkonium Cl 0,01%
      Asam borat 1,3%
      Aqua p.i ad 10 ml
      L.B. : sterilisasi : otoklaf
      Indikasi : u/ mengurngi tekanan intraokular dalam glaukoma yg ringan
      Dosis : 1g dalam 100 ml (!%)
      Perhitungan :
      E Epinefrin bitartrat = 0,18%
      E Na metabisulfit = 0,61%
      E Benzalkonium Cl = 0,16%
      E Asam borat = 0,5%
      Asam borat 1,3% didapat dari :
      = 0,9% - [(1% x 0,18) +(0,1% x 0,61) + (0,01% x 0,16)]
      =0,6574%
      Jadi = 0,6574/0,5 x 1% = 1,3%
      (digunakan u/ mengisotonis larutan)
      MIDRIATIK
      Contoh Formula (Martindale 28 hal 292):
      Atropin Sulfat 1 g
      Natrium Klorida 700 mg
      Benzalkonium Klorida 0,02 ml
      Dinatrum Edeta 50 mg
      Aqua pro injeksi ad 100 ml
      Rancangan Formula:
      Atropin Sulfat 1 %
      NaCl qs
      Benzalkonium Klorida 0,02 %
      Dinatrium Edeta 0,05 %
      Aqua pro injeksi ad 10 ml
      Latar belakang pemilihan formula:
      1. Atropin Sulfat dipilih sebagai zat aktif yang ,empunyai khasia untuk menimbulkan efek midriasis.
      2. NaCl digunakan untuk membuat larutan menjadi isotonis, sehingga tonisitas larutan obat sama dengan tonisitas cairan mata sehingga tidak menimbulkan rasa perih saat penggunaaan.
      3. Benzalkonium Korida digunakan karena merupakan salah satu pengawet larutan untuk mata, yang mempunyai aktivitas antimikroba dengan spektrum yang luas dan juga pada sediaan ini menggunakan dosis ganda.
      4. Dinatrium Edeta digunakan sebagai zat pengkelat karena untuk mengikat logam-logam yang mungkin ada dari bahan-bahan, alat-alat atau pada pembuatan dan juga karena preparat mata tidak boleh mengandung logam.
      5. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut karena bahan-bahan yang digunakan larut dalam pelarut ini.
      Yuki’S
      Tetes mata fenilefrin HCl
      Formula jadi
      Fenilefrin HCl 10% (u/ org dws)
      Benzalkonium klorida 0,01%
      Sodium sitrat 0,3%
      Natrium metabisulfit 0,1%
      Aqua p.i ad 10 ml
      Latar Belakang :
      Indikasi : midriatik, dosis : 0,1-10%
      Dekongestan konjungtiva
      Sodium sitrat :
      untuk mengadjust pH/buffering agent (0,3-2%)
      Natrium metabisulfit :
      antioksidan (mudah teroksidasi)
      Sterilisasi : otoklaf 121ºC, 15 menit
      Obat tetes mata mengandung atropine sulfat ( 2 botol)
      *) formula jadi
      Atropine SO4 1% (DI.1566)
      Benzalkonium Cl 0,01%
      NaCl q.s
      Aqua pi ad 10 ml
      latar belakang
      - Atropin SO4 untuk menimbulkan efek midriasis mata pada pemeriksaan retina, kornea
      & pengukuran refraktif mata.
      - Benzolkonium Cl sebagai pengawet
      - NaCl : pengisotonis
      *) Sterilisasi : Autoklaf
      NB : digunakan 1 tetes 1 jam sebelum pemeriksaan.
      POLIMIKSIN
      FORMULA
      Polimiksin B Sulfat 15.000 unit/ml
      Benzalkonium C l 0,01%
      NaCl qs
      Aquadest ad 10 ml
      Perhitungan tonisitas
      Polimiksin
      = =
      = 1,5 gr/100ml
      Isotonis = 1,5 % x 0,09 = 0,135%
      Benzalkonium = 0,01 x 0,16 = 0,0016%
      Jadi NaCl yang dibutuhkan agar isotonis
      = 0,9% - (0,135 + 0,0016)
      = 0,9% - 0,1366%
      = 0,7634%
      Formula jadi
      Polimiksin B Sufat 1,5%
      Benzalkonium Klorida 0,01%
      NaCl 0,7634%
      Aquadest ad 10ml
      Yuki’S
      Tetes mata Polimiksin
      Polimiksin B sulfate 100.000 units ( DI 1516 )
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      NaCl q.s
      Dapar Fosfat pH 6,4 ad 10 ml ( FI IV 1144 )
      Latar Belakang
      - Polimiksin B sulfat sbg zat aktif u/ infeksi mata
      - Dapar Fosfat pH 6,4 , krn pd pH alkali tidak stabil. Stabil pd pH 5 – 7,5 ( DI 88 hal 1516 )
      - Larut harus digunakan tidak lebih dari 3 hari ( karena lebih stabil pd keadaan kering )→ dibuat rekons ( Martindale 28 hal 1204 )
      1 mg Polimiksin & Sulfat ~ 10.000 units
      Jadi = 100.000 unit x 1 mg = 10 mg
      10.000 unit
      * E polimiksin = 17 x L = 17 x 4,3
      M ?
      Teknik Pembuatan Aseptis ( LAF )
      Zat padat → radiasi γ
      ZnSO4
      Yuki’S
      *) Tetes mata ZnSO4
      Formula ( E NaCl = 0,15)
      ZnSO4 0,25 % (martindale 28 P 945)
      Fenil merkuri borat 0,01 %
      Aqua pi ad 10 ml.
      MATA KERING
      RANCANGAN FORMULA :
      NACL 0,9%
      PVA 0,25%
      BENZALKONIUM KLORIDA 0,01%
      AQUA PRO INJEKSI AD.10 ML
      LATAR BELAKANG PEMILIHAN :
      • NACL BERSIFAT ISOTONIK DAN BERGUNA UNTUK MEMBERSIHKAN ORGAN TUBUH DAN JARINGAN TUBUH LAINNYA TERMASUK MATA, OLEH KARENA ITU UNTUK MENGATASI MATA KERING DAPAT DIPAKAI CAIRAN NACL 0,9% YANG ISOTONIS YANG HAMPIR SAMA DENGAN CAIRAN PADA MATA.
      • PVA BERSIFAT MENINGKATKAN VISKOSITAS CAIRAN OBAT SEHINGGA OBAT DAPAT BERTAHAN LEBIH LAMA DI MATA. MAKA DALAM PEMAKAIANNYA DIHARAPKAN TIDAK TERLALU SESERING MUNGKIN.
      • BENZALKONIUM KLORIDA DIGUNAKAN KARENA LEBIH AMAN DAN LEBIH SPESIFIK UNTUK OBAT TETES MATA DIBANDING PENGAWET LAIN TAPI TIDAK BOLEH DIGUNAKAN UNTUK OBAT YANG MENGANDUNG ANESTESI LOKAL. BENZALKONIUM KLORIDA JUGA MERUPAKAN SALAH SATU ZAT TAMBAHAN UNTUK MENSTABILKAN LAPISAN LEMAK PADA MATA DAN MEMBRAN EPITEL KORNEA.
      NB. NACL NYA KONSENTRASINYA DIKURANGI AJA.KARENA PVA DAN BENZAL BS NAEKIN TONIITAS
      Tetes mata Hidrokortison Asetat ( martindale 28 hal 475)
      Yuki’S
      Hidrokortison asetat 0,5 %
      Na CMC 0,05%
      Fenilmerkuri nitrat 0,002 %
      NaCl ad.10 ml
      *Pembuatan Tehnis Aseptis ( Filtrasi)
      Untuk radang mata ringan – sedang
      Perhitungan :
      - Hidrokortison asetat elektrolit lemah => L=2
      E NaCl hidrokortison asetat (elektrolit lemah)
      = 17 L/M = 17 X 2/404,5 = 0,084
      ENaCl Phenylmercury nitrat( uni di valen)
      = 17x 4,3/634,45 = 0,12
      % = (0,5 % x 0,084) + ( 0,002 % x 0,12)
      = hipotonis
      % NaCl = 0,9 % - 0,042% = 0,858 %
      Gr NaCl = 0,0858 gr
      Ampul digoksin ( obat gagal jantung) (iv)
      Digoksin 250µg ( martin hal 537)
      Alcohol 10 % ( DI 88 hal 676)
      Propilen glikol 40 %
      Aqua pi ad 1 ml
      Penimbangan ( 10 ampul)
      V = ( n+2 ) v + (2x3)
      = (10 + 2) 1,1 +( 6)
      = 19,2 ml ~ 20 ml
      Digoksin = 2902 /1ml x 250 µg = 5000µg = 5 mg
      Pengenceran :
      Timbang 10 mg digoksin dilarutkan dalam 10 ml pelarut campur alcohol 10 %
      Propilen glikol 40 % dan air 50 %
      Lalu,Pipet 5 ml masukkan ke dalm campuran pelarut yang sama sebanyak 15 ml
      Pembuatan sterilisasi akhir: autoklaf
      Tetes mata yang mengandung neomisin SO4
      Neomisin SO4 35 mg (~ neomisin)
      ( martindale 1191)
      Benzalkonium Cl 0,01 %
      NaCl q.s
      Aqua pi ad 10 ml
      Pembuatan : oven 98 - 100® C, 30 mnt
      BM neomisin = 614,6
      BM Neomisin SO4 = 710,6
      710,6/614,6 x 35 mg = 40,5 mg
      E NaCl neomisin sulfat = 17 x4,3/710,6 = 0,103
      Penimbangan:
      Neomisin SO4 = 35 mg = 0,035 g
      Benzalkonium Cl = 0,01/100 x 10 = 0,001 g = 1 mg
      V= [ ( 0,040 x 0,103) + ( 0,001 x 0,16 )] x111,1
      = 0,481 ml
      % = 0,0481/10 ml x 0,9% = 0,0433 %
      % NaCl = 0,9% - 0,0433 % = 0,857%
      NaCl = 0,0857 gr
      OBAT TETES MATA DIFENHIDRAMIN HCl
      Rencana formula
      Difenhidramin HCl 1%
      NaCl 0,9%
      Benzalkonium Cl 0,01%
      Aqua steril ad 10 ml
      Formula jadi
      Difenhidramin HCl 1%
      Benzalkonium Cl 0,01%
      NaCl 0,78%
      Aqua steril ad 10 ml
      MIOTIKA
      Formula dasar
      Pilokarpin HCl 1%
      Benzalkonium klorida 0,01%
      NaCl q.s
      Aqua steril ad 10mL
      PERHITUNGAN TONISITAS
      Nilai ekivalensi bahan yang digunakan
      Bahan Ekivalensi
      Pilokarpin HCl 0,24
      Benzalkonium klorida 0,16
      Natrium klorida 1,00
      Pilokarpin HCl = 1% x E Pilokarpin HCl = 1 % x 0,24
      = 0,24 %
      Benzalkonium klorida
      = 0,01% x E Benzalkonium klorida
      = 0,01% x 0,16
      = 0,0016%
      NaCl = 0,9% - 0,24% - 0,0016%
      = 0,6584%
      Formula rencana
      Pilokarpin HCl 1%
      Benzalkonium klorida 0,01%
      NaCl 0,6584%
      Aqua steril ad 10mL
      Injeksi Vit D → IM,
      u/difensiasi Vit D, Malabsorbsi
      (yuki punya, ampul)
      Vit D 250 µg ( DI 88 hal 2115 )
      BHT 0,03 %
      Oleum Arachidis ad 1 ml
      Pembuatan Aseptis
      Sterilisasi bahan : zat aktif + BHT → radiasi γ
      Oleum arachidis → oven
      Wadah : Ampul Coklat aliri gas inert

      FORMULA VIAL
      Injeksi Kortikosteroid
      Formula jadi
      Deksametason Na fosfat 25 mg (DI 88 hal 1720)
      Benzil alkohol 0,5%
      Aqua p.i ad. 5 ml
      Latar belakang
      - Deksametason Na fosfat sebagai zat aktif untuk mengatasi kondisi alergi yang kronik secara i.m (5x suntik @ 5mg/ml)
      - Benzyl alcohol sebagai pengawet untuk wadah takaran ganda
      - Pembuatan : aseptis dalam LAF
      Deksametazon Na fosfat : Radiasi gama
      Benzyl alcohol : otoklaf
      Aqua p.i : otoklaf
      - Wadah : vial + aluminium foil
      Rendam tutup dengan pengawet benzyl alcohol 0,5 % 30 menit
      Injeksi Vitamin B1
      Formula jadi
      Thiamin HCl 500mg (DI 88 hal 2103)
      Klorbutanol 0,5% (Martin 28 hal 1639)
      Dapar asetat pH 2,45
      Aqua p.i ad. 5ml
      Latar belakang
      - Thiamin HCl sebagai zat aktif untuk defisiensi vit b1 yang parah pada orang dewasa sehingga 5x suntik (@100mg/ml)
      - Klorbutanol digunakan sebagai pengawet karena merupakan sediaan dalam wadah takaran ganda
      - Dapar asetat pH 2,45 digunakan karena vitamin b1 lebih stabil pada pH 4 atau kurang (Martin)
      - Pembuatan : aseptis dalam LAF
      Vit b1 : Radiasi gama
      Klorbutanol : Gas ETO
      Dapar aseta pH 2,45 : otoklaf
      - Wadah : vial + aluminium foil
      • N B: vial coklat
      • Tutup karet ial direndam dengan chlorbutanol 0,5 % selama 30 menit
      Injeksi Adrenalin
      Formula
      Injeksi Adrenalin ( Efinefrin )
      Tiap vial mengandung :
      Epinefrin HCl 0,5 mg/ mL
      Na bisulfit 0,15 %
      Chlorobutanol 0,5 %
      HCl ad. pH 2,2 - 5
      NaCl 0,9 % ad. 5 ml
      Latar belakang pemilihan formula
      a. Na bisulfit digunakan sebagai antioksidan karena epinefrin dapat teroksidasi oleh udara dan berubah warna menjadi pink; sebagai pendapar karena epinefrin punya rentang pH yang dapat menyebabkan terjadi degradasi.
      b. Chlorobutanol digunakan sebagai pengawet karena sediaan yang dibuat dalam dosis ganda
      c. NaCl 0,9% digunakan sebagai pelarut dimana chlorobutanol lebih stabil
      d. HCl digunakan sebagai peningkat pH hingga diperoleh pH asam
      Perhitungan dan penimbangan
      Volume total Vial (untuk 8 vial )
      = ( n x v ) + ( 10 % x VT )
      = ( 8 x 5 mL ) + (10 % x 40 mL )
      = 40 mL + 4 mL
      = 44 mL
      Penimbangan
      1 vial = 5 ml
      Volume larutan 1 vial
      = volume + (10% x volume)
      = 5 ml + (10% x 5 ml)
      = 5,5 ml
      Volume larutan 8 vial = 5,5 ml x 8
      = 44 ml
      Epinefrin HCl = x 44 ml
      = 4,4 mg
      Na bisulfit = x 44 ml
      = 13,2 mg
      Chlorobutanol = x 44 ml
      = 44 mg
      NaCl 0,9 %
      = 44 mL – ( 0,0044 + 0,0132 + 0,044 ) mL
      = 43,9384
      Injeksi Deksametason
      Fornas hal 94
      Tiap 4 ml mengandung :
      Dexamethason Natrium fosfat 10 mg
      Na Benzoat 0,5 %
      Aqua p.i ad 4 ml
      Latar belakang pemilihan formula :
      a. Dexamethason Natrium fosfat digunaka karena mudah larut larut dala air sedangkan dexametason praktis tidak larut dalam air, karena sediaan injeksi akan dibuat menggunakan air sebagai pelarut
      b. Digunakan aqua pi suatu pembawa yang berfungsi sebagai pelarut.
      c. Pengawet yang digunakan adalah Na. Benzoat yang berfungsi sebagai antimikroba. Digunakan pengawet karena injeksi dalam wadah vial pengambilannya berulang dan mudah terkontaminasi dengan udara. Na. Benzoat dengan pH 8,0 bisa untuk mempertahankan pH zat aktif.
      d. Dosis Dexamethason Natrium Fosfat dipilih 10 mg ditujukan kepada penderita edema serebral (0,5-24 mg/hari)
      e. Sterilisasi pada Dexamethason Natrium Fosfat digunakan dengan cara filtrasi karena stabilitas dexamethason tidak tahan panas atau tidak stabil
      Dibuat 8 vial vial 4 ml :
      V = vol + ( 10-30% )
      = (8 x 4 ml) + (30% x 8 x 4 ml)
      = 41,6 ml ~ 45 ml
      Dex. Na. fosfat = 45 ml x 10 mg = 112,5 mg
      4 ml
      Na. Benzoat = 0,5 x 45 ml = 0,255 g
      100
      Aqua pi = 45 ml – (0,1125 + 0,255)
      = 44,6325 ml
      Injeksi Vitamin B12
      Sianokobalamin 1 mg
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Aqua pro injeksi ad 1ml
      Injeksi Vitamin K (Vial)
      (punya yuki)
      Asam ktraneksamat 1 g
      (Martindale 28 hal 738,
      Formulasi dasar di Martindale 28 hal 739)
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Aqua pi ad 10ml
      Penggunaan : 2 x suntik shari
      Latar belakang :
      asam traneksamat sbg hemostatik pd gangguan pendarahan
      Sterilisasi : Autoklaf.
      Injeksi vitamin K (Vial)
      Vitamin K3 (punya yuki)
      Menadiol Na. Difosfat 25 mg ( DI 88 hal 2119 )
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Na metabisulfit 0,01 %
      Aqua pi ad 5 ml → u/ 5x suntik
      Latar belakang :
      Indikasi : pengobatan hipoprotrombinemia dipilih zat aktif tersebut karena lebih larut air ( derivat)
      Pembuatan : Autoklaf
      Wadah : Ampul Coklat
      Injeksi hemostatik
      Rencana formula :
      Vitamin K 5 mg/mL
      Na metabisulfit 0,01%
      Propil paraben 0,1%
      Ol.sesami ad 10 mL
      Volume larutan yang akan dibuat
      Untuk 1 vial
      V = V’ + (20%xV’) mL
      = 10 + (20%x10) mL
      = 12 mL
      Vitamin K : 5 mg/mL x 12 mL = 60 mg
      Na metabisulfit : 0,03% x 12 mL = 3,6 mg
      Propil paraben : 0,1% x 12 mL =12 mg
      Formula Jadi
      Vitamin K 5 mg/mL
      Na metabisulfit 3,6 mg
      Propil paraben 12 mg
      Ol.sesami ad 10 mL
      Injeksi estradiol
      Formula jadi :
      Estradiol Benzoat 5 mg
      BHT 0,03 %
      Oleum Sesami pi ad 5 ml
      Latar Belakang :
      Dosis Estradiol Benzoat 1 mg, sebagai suplai estrogen pada wanita menopouse ( Martindale P
      Digunakan antioksidan (BHT) karena digunakan pembawa minyak yang mudah teroksidasi.
      Tidak perlu pengawet karena minyak bukan merupakan media pertumbuhan mikroba.
      Rute : IM
      Sterilisasi : Oven 150 ºC, 1 jam
      Injeksi Vit B2 ( Riboflavin ) ( Vial )
      Riboflavin 10 mg ( Martindale 28 hal 1642 )
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      - Larutan jenuh Nikotinamid ad 4 ml
      (Martindale 28 1650 )
      - Sterilisasi : Autoklaf
      - Wadah : Vial coklat
      - Riboflavin sbg pengobatan defisiensi riboflavin
      - Dosis penyuntikan : 5 mg / 2 ml. u/ 2 x suntik
      - Nikotinamid u/ menambahkan kelarutan riboflavin.
      - Larutan jenuh = 1 : 1 → nikotinamid: Aqua pi
      - Jd diperlukan 4,4 g nikotinamid dlm 4,4 ml aqua pi ( stlh ditambahkan kelebihan vol 10 % )
      Injeksi Kortison
      R/ Hidrokortison Na phospat 500 mg
      Benzalkonium klorida 0,02 %
      Aqua P.I ad 5 ml
      Injeksi Hidrokortison ( 12 ampul )
      Rekonstitusi (punya yuki)
      Formula jadi
      Hidrokortison Na. Fosfat 50 mg
      Aqua pi ad 10 ml
      Tiap Vial mengandung :
      Hidrokortison Na. Fosfat 50mg
      Tiap Ampul mengandung :
      Aqua pi ad 10 ml
      Teknik pembuatan : Aseptis ( LAF ), ( Filtrasi )
      Latar belakang :
      Hidrokortison Na. Fosfat sbg kortikosteroid u/ terapi pengganti pd pasien dgn kelainan adrenocortical,
      Rute scr IV atau IM
      Injeksi Vitamin B1 dan B6
      Dibuat volume vial 5 ml
      Jumlah vial yang dibuat 8 buah
      Jumlah volume larutan dapar yang akan dibuat
      = 5,5 ml x 8 buah + (30% (5,5 ml x 4 buah))
      = 57,2 ml ~ 60 ml
      - Vitamin B1 : 8 x 100 mg = 800 mg
      - Vitamin B6 : 8 x 300 mg = 2400 mg = 2,4 g
      - Asam Askorbat : 0,05 % x 60 ml
      = 0,03 ml = 0,03 g = 30 mg
      - EDTA : 0,01 % x 60 ml = 0,006 ml
      = 0,006 g = 6 mg
      Pengenceran :
      Asam Askorbat = 50 mg
      Lar. Dapar asetat = ad 20 ml
      Vol yang diambil = 6/50 x 20 ml = 2,4 ml
      - Benzetonium klorida : 0,01 % x 60 ml = 0,006 ml 0,006 g = 6 mg
      Pengenceran :
      Asam Askorbat = 50 mg
      Lar. Dapar asetat = ad 20 ml
      Vol yang diambil = 6/50 x 20 ml = 2,4 ml
      - Larutan dapar asetat : 60 ml
       Asam Asetat Glasial = qs
       Na. asetat anhidrat = 60/1000 x 10 g
      = 0,6 g = 600 mg
       Aqua pro injeksi = ad 60 ml
      Pembuatan dapar asetat pH 3,7 :
      Larutkan na. asetat anhidrat P dalam 18 ml aqua pi. Atur pH ad 3,7 dengan penambahan asam asetat glasial, encerkan dengan aqua pi ad 60 ml.
      Injeksi Kontrasepsi
      Formula : suspensi dalam air
      Medroksi progesteron asetat 300 mg
      (DI 1823, Martindale 1416)
      CMC Na 0,05%
      Benzolkonium Cl 0,01%
      Aqua pi ad 4 ml
      *) Disuntukkan 150 mg setiap 3 bulan(i.m)
      Sebagai kontrasepsi
      Injeksi Prokain HCl
      (punya yuki)
      Prokain HCL 250 mg ( DI 88 hal 1856 )
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Aqua pi ad 5ml
      - Sbg anastesiperitonium .
      - Dosis u/ skali penyuntikan 50 mg / ml. Jd u/ 5x suntik
      Pembuatan autoklaf
      Injeksi Prokain HCl
      Prokain HCl 2 %
      Benzalkonium klorida 0,01%
      Asam askorbat 0,01%
      Aqu pi ad 10 ml
      Injeksi Depresan SSP
      Formula Dasar (DI hal 1228)
      Fenobarbital Na 60 mg/ml
      Etanol 10%
      Propilen glikol 75%
      Aqua pi qs
      Formula Jadi:
      Fenobarbital Na 200 mg
      Etanol 10%
      Propilen glikol 75%
      Aqua pi ad 5ml
      Injeksi Fenobarbital
      (yuki punya)
      Formula Dasar : (Injectable Drug hal 1044)
      Fenobarbital Na 130 mg/ml
      Alkohol 10 %
      Benzyl alkohol 1,5 %
      Propilen glikol 67,8 %
      Aqua pi qs
      Latar Belakang :
      Sterilisasi akhir (Otoklaf 121 ºC, 15 menit)
      Propilen glikol karena umumnya larutan phenobarbital tidak stabil tetapi stabil dalam polietilen glikol / propilen glikol (Martindale)
      Injeksi luminal (fenobarbital)
      Phenobarbital 130 mg/ml
      Benzil alkohol 1,5 %
      Propilen glikol : aq p.i. (9:1) ad 5 ml
      Latar belakang pemilihan :
      Dosis Phenobarbital yang dipakai yaitu 130 mg/ml, dosis ini dipilih agar injeksi Phenobarbital ini dapat dipakai baik untuk hipnotik maupun sedative. Dimana dosis untuk hipnotik adalah 130 – 200 mg/ml, dan dosis untuk sedative adalah 100 -130 mg/ml (FORNAS hal. 238)
      Phenobarbital tidak larut dalam air, sehingga dipakai propilen glikol untuk meningkatkan kelarutannya.
      Pada formula ini digunakan benzyl alkohol sebagai bakterisid, karena formula ini dimaksudkan untuk pemakaian dosis ganda.
      Injeksi Difenhidramin HCl
      Formula jadi : (Yuki punya)
      Difenhidramin HCl 50 mg
      Benzalkonium Cl 0,01 %
      Aqua pi ad 5 ml
      Latar Belakang :
      Fungsi : sebagai anti histamin
      Sterilisasi : Otoklaf 121 ºC, 15 menit
      Rute : iv / im
      Injeksi difenhidramin HCl
      Formula dasar
      Difenhidramin HCl 1%
      Benzalkonium Cl 0,01 %
      Nacl 0,9%
      Aqua pi ad 10 ml
      Formula Jadi (Hitung tonisitas dulu)
      Difenhidramin HCl 1%
      Benzalkonium Cl 0,01 %
      Nacl 0,78%
      Aqua pi ad 10 ml
      Injeksi analgetik non narkotik
      (misal dibuat 3 vial), antalgin
      Formula:
      Antalgin 2,5 g
      Nabisulfit 0,1%
      Benzalkonium klorida 0,01%
      Aqua pi ad 5 ml (5 x suntik @ 1ml)
      Perhitungan:
      V = [ (v x n ) + 10% (n x v) ] ml
      = [(3 x 5 ) + 10%(3x5) ] ml = 16,5 ml ~ 17 ml
      Penimbangan:
      Antalgin = 2,5 g x 17 ml = 8,5 g
      5 ml
      Na bisulfit = 0,1 g x 17 ml = 0,017 g
      100 ml
      Benzalkonium klorida= 0,01 g x 17 ml = 1,7 mg
      100 ml
      Aqua pi ad 17 ml
      Latar belakang formula:
      - Antalgin sebagai zat aktif dimana zat ini berkhasiat sebagai analgetik pada kondisi pada kondisi yang parah
      - Na bisulfit sebagai antioksidan karena antalgin mudah teroksidasi
      - Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena vial merupakan wadah takaran ganda
      Pembuatan: Sterilisasi akhir dengan otoklaf 121oC selama 15 menit
      Injeksi Relaksan otot sentral ( Vial )
      Mefenisin 1g
      Propilen glikol 1,5 ml
      Alkohol 2,5 ml
      Benzalkonium klorida 0,01 %
      Aqua pi ad 10 ml
      Sbg relaksan otot sentral atau relaksan otot hipertonik, rute IM
      Dosis = 10 % larutan
      Aturan pakai = 1 -10 ml scr IM ( Martindale 28 hal 992 )
      Pelarut campur digunakan untuk menungkatkan kelarutan zat.
      Injeksi Analgetik / Antiradang antirematik
      Tiap vial (5ml) mengandung
      Na diklofenac 375mg
      Na benzoat 0,5%
      Aqua pi ad 5 ml
      Pembuatan : sterilisasi otoklaf
      Stabilitas : pemanasan pada suhu 105 – 110 derajat selama 3 jam terurai 0,5 % dari 1000 g
      Injeksi Lidokain HCl
      Lidokain HCl 50 mg
      Metil Paraben 0,1 %
      Aqua pro injeksi ad. 10 ml
      Injeksi Lidokain untuk anastetik lokal ( Vial ) (punya yuki)
      Lidokain HCL 600 mg ( Martindale 25 hal 905 )
      Benzalkonium Klorida 0,01 %
      Aqua pi ad 4ml
      - Lidokain HCL digunakan sbg anastetik lokal dgn dosis 200 mg.
      - Dosis sekali peyuntikan = 150 mg, 1 ml ( u/ injeksi )
      - Sterilisasi autoklaf
      Injeksi Antiinfeksi
      FORMULA DASAR (BNF 54, hal. 297)
      Dalam vial 5 ml, tiap ml mengandung:
      Gentamisin sulfat 40 mg
      Aqua p.i ad.1 ml
      Rute pemberian : Intramuskular
      Dosis :120 mg/hari
      RANCANGAN FORMULA
      Dalam vial 5 ml, tiap ml mengandung:
      Gentamisin sulfat 40 mg
      Na metabisulfit 0,01 %
      Na benzoat 0,5 %
      Aqua p.i ad. 1ml
      latar Belakang Penetapan Formula
      - Dosis gentamisin sulfat 2 – 5 mg / kg / hari (dosis terbagi setiap 8 jam) untuk dosis parental, disuntikkan melalui intramuskular dan berkhasiat sebagai antibiotik.
      - Natrium metabisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena klorpromazin sangat mudah teroksidasi dan pH rendah sehingga digunakan pula antioksidan dengan pH rendah.
      - Natrium benzoat berfungsi sebagai pengawet karena merupakan sediaan dosis ganda (vial).
      Injeksi Sedativa
      Latar belakang pemilihan formula :
      o Phenobarbital sangat sukar larut dalam air, sehingga digunakan Phenobarbital Na yang sangat mudah larut air. Dipilih Phenobarbital Na karena merupakan turunan barbiturat dengan masa kerja panjang. Aktivitasnya lebih tinggi dibanding barbital, dan digunakan sebagai sedatif, hipnotik dan anti kejang. Awal kerjanya lambat ± 1 jam, dengan masa kerja yang cukup panjang 10-16 jam. Turunan barbiturate bekerja dengan menekan transmisi sinaptik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel post sinaptik dan menyebabkan deaktivasi koteks serebral. Phenobarbital Na pKa=7,4, pada pH fisiologis lebih dari 50% terdapat dalam bentuk tidak terionisasi sehingga mudah menembus jaringan lemak dan menunjukkan aktivitas sebagai penekanan sistem saraf pusat. (Kimia Medisinal Edisi 2 hal.233)
      o Phenobarbital Na dalam pelarut air tidak stabil. Tetapi dengan pelarut propilen glikol lebih stabil sehingga dipilih propilen glikol.
      o Digunakan alkohol adalah untuk membantu kelarutan dari zat aktif dan dapat juga sebagai pengawet.
      o Digunakan aqua pro injeksi adalah untuk mendapatkan sediaan yang bebas pirogen
      Formula dasar (DI 88 hal.1228)
      - Phenobarbital Na 130 mg/ml
      Alkohol 10 %
      Propilen glikol 67,8 %
      Aqua p.i q.s
      - Phenobarbital Na 130 mg/ml
      Alkohol 10 %
      Benzylalkohol 1,5 %
      Propilen glikol 67,8 %
      Aqua p.i q.s
      Formula Jadi
      - Penobarbital Na 100 mg/ml
      Propilen glikol 60 %
      Alkohol 10 %
      Aqua p.i q.s
      Injeksi Tramadol
      Tramadol HCl 50mg
      Dextrose 5% in water 0,5g
      benzalkoniumklorida 0,01%
      Aqua pro injeksi ad 5ml
      Latar Belakang pemilihan Formula
      1. Pemilihan dosis 50- 100mg untuk 2 kali sehari 1 ml karena khasiatnya sebagai analgesik.
      2. Dosis penyuntikan dipilih 1 ml karena pH Tramadol HCl yang bersifat asam (5,5) dikhawatirkan menimbulkan rasa sakit saat penyuntikan.
      3. Dipilih jalur intravena karena Tramadol HCl berkhasiat sebagai analgesik sehingga dapat langsung memberikan efek.
      4. Pemilihan wadah dalam vial 5 ml karena volume maksimal penyuntikan yang dipakai hanya 2 ml.
      5. Digunakan dekstrose 5% dalam air untuk menghindari penyusutan kadar akibat pemanasan yang dapat berkurang 3 -5 %.
      Perhitungan
      Jumlah vial yang dibuat : 7 vial
      Vial yang digunakan : 5 ml
      Berdasarkan FI IV hal 1044 : Volume vial ditambahkan cairan encer = 0,3 ml
      Vol larutan = 7 x ( 7 + 0,3 ) + ( 10 – 30%)
      = 7 x ( 7,3 ) + 30%
      = 51,1 + 15,33
      = 66,43 ml  70 ml
      Penimbangan
      Tramadol HCl : 70 x 50 mg = 3500 mg
      1 ml
      Dextrose 5% in water : 70 ml x 0,5 = 7 g
      5 ml
      = 5 % x 7 g = 0,35 g
      Benzalkonium klorida : 0,01 x 70 ml = 7 mg
      100
      Pengenceran : 7 x 20 = 2,8 ml  3 ml
      50
      Aqua Pro Injeksi :
      70 ml – ( 3,5 + 7 + 0,35 + 3)g = 56,15 ml
      Tramadol (Punya yuki)
      Tramadol HCl 50 mg
      Aqua pi ad 1 ml
      Indikasi: narkotik analgesik
      Rute iM dan IV
      Sterilisasi otoklaf
      Injeksi Tiamfenikol
      Rancangan formula
      Thiamfenicol glysinate hidroklorida 126 mg
      Aqua ad 1 ml
      Wadah :
      • Tiap vial berisi : Thiamfenikol glisinate hidroklorida
      • Tiap ampul berisi : 1 ml Aqua p.i
      Volume penyuntikkan : 1 ml
      Dosis : 126 mg/ml
      Jalur : intravena, intramuscular
      Dasar pemilihan formula :
      1. Thiamfenikol yang digunakan thiamfenikol gliysinate hidroklorida umum digunakan untuk injeksi intravena dan intravaskuler karena lebih mudah larut dalam air dibandingkan thiamfenikol (Martindale ed 28)
      2. Dibuat larutan rekonstitusi karena tiamfenikol glysinate hidroklorida tidak stabil dalam air sebab tiamfenikol mempunyai gugus amida yang apabila berada dalam media air akan terjadi hidrolisis dan memecah ikatan amida menjadi amina dan asam 1,2-dikloroasetat. (Conorts hal.461)
      3. Dipilih dosis 100 mg/ml karena merupakan dosis injeksi intravena atau intramuscular yang diiindikasikan untuk antibakteri dan tidak boleh melebihi dari 100 mg/ml dan penyuntikkan tidak boleh lebih dari 1 menit setelah pencampuran. (Handbook of injectable drugs hal 286).
      Injeksi Warfarin
      Formula dasar
      Warfarin Na 10 mg
      NaCl 40 mg
      Latar belakang dipilih formula:
      Warfarin terurai oleh cahaya dan dalam bentuk larutan akan terurai setelah 4 jam, sehingga dibuat dalam bentuk rekonstitusi dan dikemas dalam wadah tidak tembus cahaya.
      Perhitungan dan penimbangan
      Rumus = {(n x v) + (10% x v)} mL
      n = jumlah vial yang akan dibuat
      v = volume injeksi tiap vial (mL)
      Volume total 8 vial
      = {(n x v) + (10% x v)} mL
      = {(8 x 2,5) + (10% x 2,5)} mL
      = 20 mL + 0,25 mL
      = 20,25 mL
      Sehingga aqua steril proinjeksi yang dibuat adalah 20,25 ml.
      Dosis Warfarin Na = 10 mg/2,5 mL = 4 mg/mL
      Total Warfarin Na yang ditimbang = 4 mg/mL x 20,5 mL = 82 mg
      NaCl = 40 mg/2,5 mL = 16 mg/mL
      Total NaCl yang ditimbang = 16 mg/mL x 20,5 mL = 328 mg
      Injeksi Warfarin
      (yuki punya)
      Tiap ml mengandung:
      Warfarin Na 2mg/ml
      NaCl 0,866%
      Teknik aseptik
      Tiap ampul mengandung:
      Aqua pi 5,6 ml
      (Hitung kembali berdasarkan perhitungan vol vial)
      Sterilisasi akhir:otoklaf untuk aqua pi
      Direkonstitusi karena warfarin dalam larutan air stabil hanya selam

      FORMULA AMPUL
      Injeksi Teofilin (Marindale 28 hal 345)
      Teofilin 20 mg (DI hal 3488 thn 2003)
      Etilendiamin 10 mg
      Aqua p.i ad. 1ml
      Latar belakang
      - Aminofilin merupakan kompleks 2:1 dari Teofilin dan etilendiamin (Handbook on Injectabe hal 85)
      - Teofilin sebagai z.a untuk antiasma
      - Etilendiamin digunakan agar terbentuk kompleks aminofilin yang mudah larut dalam air
      - Bentuk pemberian adalah injeksi iv yang digunakan dalam wadah dosis tunggal ampul
      - Tidak perlu ditambahkan pengawet karena sediaan dalam wadah dosis tunggal
      - Sterilisasi akhir dengan autoklaf karena za tetap stabil pada pemanasan tinggi
      Injeksi antibiotik untuk meningitis
      (Rekons larutan )
      1. Kloramfenikol Na. Suksinat 1 g ~ kloramfenikol ( Martindale 28 ha 1142)
      Aqua pi ad 2 ml
      Penimbangan
      Kloram Na. Suksinat
      = 445,2 x 1g = 1,379 g ~ 1,4 g
      323,1
      Kloramfenikol serbuk di vial
      - Aqua pi dimasukkan dalam ampul 2, 15 ml ( 2 ml volumenya & 0,15 ml nya volume kelebihan)
      Teknik pembuatan : Aseptis
      Sterilisasi bahan – bahan : Kloramfenikol →radiasi γ
      Wadah : Ampul coklat (YUKI PUNYA)
      2. Ampisilin Na 1060
      Sulbaktam 550
      Dalam wadah vial 5 ml
      Aqua pro injeksi
      Dalam wadah ampul 4 ml + 0,3 ml = 4,3 ml
      Dalam ampul 5 ml
      Dibuat 12 ampul
      Perhitungan:
      1 mg sulbaktam Na ~ 886 µg – 941 µg sulbaktam
      564,3 mg – 531,3 mg sulbaktam Na ~ 500 mg sulbaktam
      1,06 g Ampisilin Na ~ 1g ampisilin
      1060 mg ampisilin Na ~ 1000 mg ampisilin.
      375 mg campuran ampisilin : sulbaktam = 2:1 larut dalam 1 ml
      1500 mg campuran ampisilin : sulbaktam = 2:1 larut dalm 4 ml air
      Air untuk 12 ampul = 12 x 4,3 ml = 51,6 ml
      Injeksi Amikasin
      (Amikasin sulfat)
      Formula Awal
      (Handbook on Injectable Drugs hal 30)
      Amikasin sulfat 250 mg/ml
      Na bisulfit 0,66 %
      Na sitrat 2,5 %
      Asam sulfat q.s ad pH 3,5 – 5,5
      Formula Rencana
      Amikasin sulfat 250 mg/ml
      Na bisulfat 0,66 %
      Na sitrat 2,5 %
      Asam sulfat q.s ad pH 3,5 – 5,5
      Formula Jadi
      Amikasin sulfat 500 mg
      Na bisulfit 0,66 %
      Na sitrat 2,5 %
      Asam sulfat q.s ad pH 3,5 – 5,5
      Aqua p.i ad 2 ml
      Latar belakang pemilihan formula:
      1. Pada formula injeksi amikasin ini digunakan garam amikasin yaitu amikasin sulfat karena sifat kelarutannya yang mudah larut dalam air.
      2. Natrium bisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena amikasin sulfat dapat teroksidasi oleh udara dimana menyebabkan perubahan warna menjadi kuning pucat. Namun perubahan warna ini tidak mengakibatkan berkurangnya potensi dari amikasin sulfat.
      3. Natrium sitrat berfungsi sebagai pendapar, dan digunakan asam sulfat untuk mengatur pH hingga pH sediaan adalah 3,5 – 5,5.
      Wadah : ampul
      Volume : 2 ml
      Dosis : 15 mg/kg BB
      Jalur : intramuskular
      Volume 1 ampul = 2 ml
      Dibuat 16 ampul, maka
      = {(n + 2) V + (2 x 3)}
      = {(16 + 2) 2,15 + (2 x 3)}
      = 44,7 ml ~ 50 ml
      Amikasin sulfat = 250 mg/ml x 50 ml = 12,5 g
      Na bisulfit = x 50 ml = 0,33 g = 330 mg
      Na sitrat = 2,5 x 50 ml = 1,25 g
      100
      Injeksi Amikasin
      (YUKI PUNYA)
      Amikasin 100 mg (Martindale hal 1088)
      Aqua pi ad 2ml
      Amikasin agak sukar larut dalam air sehingga digunakan amikasin sulfat
      1 g amikasin ~ 1,3 g amikasin sulfat
      Amikasin sulfat = 0,1 g x 1,3 g = 0,13 g
      1 g
      Untuk pengobatan infeksi gram (-) yang parah
      Amikasin sulfat 130 mg
      Na. Metabisulfit 0,1%
      Sodium sitrat 0,3%
      Aqua p.i ad 2ml
      - Na.metabisulfit untuk menjaga agar warna amikasin sulfat tidak berubah dalam penyimpanan
      - Sodium sitrat untuk buffer agar pH sediaan sekitar 4,5
      Injeksi Aminofilin
      Tiap 1 ml mengandung:
      Aminofilin 25 mg
      Aqua pi ad 1 ml
      Volume ampul yang digunakan :
      Kelarutan : 1 g dalam 25 ml air menghasilkan larutan jernih
      V = 25 mg x 25 ml
      = 0,025 g x 25 ml
      = 0,625 ml ~ 1 ml
      Volume larutan yang akan dibuat
      V = [(n + 2) v + (2 x 3)] ml
      = [ (16 + 2) 1,1 + (2 x 3) ] ml
      = 25,8 ml ~ 30 ml
      Dimana:
      v : volume ampul + kelebihan volume
      n : jumlah ampul
      2 : cadangan
      2 x 3 ml : untuk pembilasan
      Penimbangan
      Dibuat volume 1 ampul = 1 ml
      Aminofilin = 25 mg x 30 ml = 750 mg
      1 ml
      Aminofilin terdiri dari :
      Teofilin = 85%
      Etilendiamin = 15%
      Aminofilin = 750 mg
      - Teofilin = 85 x 750 mg = 637,5 mg
      100
      - Etilendiamin = 15 x 750 mg = 112,5 mg
      100
      Aqua pi ad 30 ml
      Injeksi Antihipertensi dan gol β-bloker (Propranolol)
      Formula Dasar (Martindale 28 hal 1335)
      Propanolol HCl 1 mg
      Asam Sitrat pH 3-3,5 q.s
      Aqua p.i ad 1 ml
      Formula Jadi
      Propanolol HCl 1 mg
      Dapar Sitrat pH 3 ad 1 ml
      Perhitungan
      Volume larutan untuk ampul :
      {(n + 2)V + (2 x 3)} ml
      Dibuat 13 ampul @ 1 ml
      V = [(n + 2) v + (2 x 3)] ml
      = [(13 + 2) (1 + 0,1) + (2 x3)] ml
      = [16,5 + 6] ml
      = 22,5 ml  23 ml  25 ml
      Propanolol HCl = 1 mg x 25 ml = 25 mg
      ml
      Dapar Sitrat pH 3
      (DI 2003 hal 2469)
      As. Sitrat monohidrat 57,4 g/L
      Na. Sitrat dihidrat 17,6 g/L
      Pembuatan dapar untuk 25 ml
      As. Sitrat : 25 ml x 57,4 g = 1,435 g
      1000 ml
      As. Sitrat : 25 ml x 17,6 g = 0,44 g
      1000 ml
      Latar belakang
      - Propranolol HCl sbg antihipertensi (β- blocker), digunakan secara I.V
      - Asam sitrat untuk mengadjust sampai dgn PH 3
      (2,8 – 3,5 ). Paling stabil pd PH 3 dan terdekomposisi pd PH basa
      * Sterilisasi : Autoklaf
      * NB : Ampul coklat
      Injeksi Salbutamol sulfat
      Tiap ml mengandung:
      Salbutamol sulfat 350µg
      Dapar asetat pH 3,5 ad 1 ml
      a. Perhitungan
      V = {(n + 2) v : (2 x 3)
      Dimana
      n = jumlah ampul
      2 = cadangan
      v = volume ampul + kelebihan volume
      2x 3 ml = untuk pembilasan
      Maka V = {( 14 + 2 ) 1,1 + (2 x 3)} ml
      = 23,6 ml ~ 25 ml
      b. Penimbangan
      Salbutamol : 350µg x 25 ml
      : 0,35 mg x 25 ml
      : 8,75 mg ( perlu pengenceran)
      Cara pengenceran :
      Timbang salbutamol sulfat 50mg kemudian tambahkan aqua pro injeksi ad 10 ml.
      Pengenceran salbutamol yang diambil
      = (8,75 mg / 50 mg) x 10 ml
      = 1,75 ml
      Dapar asetat = 25 ml – 1,75 ml
      = 23,25 ml
      Injeksi Gagal Jantung/ payah Jantung
      (Digoksin)
      Formula Dasar
      (DI 2003 hal 1585, Martindale 28 hal 537)
       Digoxin 250 µg/ml
       Alkohol 10 %
       Propilen Glikol 40 %
      Formula Jadi :
       Digoxin 250 µg/ml
       Alkohol 10 %
       Propilen Glikol 40 %
       Aqua PI ad 1 ml
      Tiap ampul berisi 1 ml
      Penimbangan
      untuk volume 16 ampul
      V = {(n + 2) v + (2 x 3)}mL
      = {(16 + 2) (1 + 0,1) + 6 }mL
      = 25,8 mL ~ 30 mL
      1. Digoxin = 30 mL x 250 µg/mL
      = 7500 µg
      = 7,5 mg
      Pengenceran:
      Timbang 10 mg digoxin  10 mL pelarut campur
      Digoxin yang dipipet = 7,5 mg x 10 mL = 7,5 mL
      10 mg
      TOTAL PELARUT CAMPUR yang dibuat
      = (30-7,5) mL + 10 mL
      = 32,5 ml
      2. Alkohol = 10 % x 32,5 mL
      = 3,25 mL
      3. Propilen glikol = 40 % x 32,5 mL = 13 mL
      4. Aqua PI = 50 % x 32,5 mL
      = 16,25 mL
      Pembuatan :
      Sterilisasi akhir Autoklaf
      Injeksi Oksitosin
      Oksitosin 10 U.I
      Dapar asetat pH 3,5 q.s.
      Aqua p.i. ad 1 ml
      Perhitungan
      1 U.I ~ 2-2,2 μg oksitosin
      Dosis Oksitosin = 10 U.I
      = 10/1 x 2 μg
      = 20 μg/ml
      Akan dibuat 15 ampul
      Volume total ampul (V)
      ={(A+2)x(volume ampul+ kelebihan)+(2x3)}ml
      = {(15+2) x (1 ml + 0,1) + (2x3)} ml
      = 24,7 ml ≈ 25 ml
      Oksitosin 25 ml/1 ml x 20 μg = 500 μg = 0,50 mg
      Pengenceran :
      1. Timbang 50 mg dalam 10 ml aqua p.i
      2. Ambil 1 ml, ditambah aqua p.i. ad 10 ml
      3. Ambil 1 ml, ditambah aqua p.i ad 10 ml
      Dapar asetat pH 3,5
      (FI IV hal. 1144)
      Pembuatan Dapar asetat pH 3,5
      Larutkan 25 g Amm. Asetat P dalam 25 ml air, tambahkan 38 ml HCl 7 M. Atur pH hingga 3,5 dengan penambahan HCl 2 M atau amm. Hidroksida 5 M dan encerkan dengan aqua pro injection hingga 100 ml.
      Perhitungan
      Akan dibuat 25 ml dapar asetat, maka :
      Amm. Asetat = 25 g x 25 ml = 6,25 g
      100 ml
      HCl 7 M = 38 ml x 25 ml = 9,5 ml
      100 ml
      Penimbangan
      Oksitosin = 50 mg dilarutkan dalam 10 ml aqua p.i. (larutan A). Ambil 1ml lar. A + aqua p.i. ad 10 ml (Lar. B). Ambil 1 ml lar. B + aqua p.i. ad 10 ml (Lar.C). Gunakan larutan C sebanyak 10 ml.
      Amm. Asetat = 6,25 g
      HCl 7 M = 9,5 ml
      Latar belakang pemilihan :
      1. Dosis oksitosin 10 UI/ml. Dosis ini dipilih berdasarkan yang tercantum dalam pustaka (Remington hal. 1055) yaitu 3-10 unit dengan rute pemberian intra muskular.
      2. Oksitosin dapat memberikan secara intramuskular atau infus intravena. Rute pemberian yang dipilih adalah intramuskular, karena untuk tujuan mencegah pendarahan pasca kelahiran dengan interval pemberian 2-3 jam akan memberikan efek selama 3-5 menit, sedangkan secara intravena memberikan efek selama 1 jam.
      3. Pada formula, digunakan dapar asetat pH 3,5 karena diketahui bahwa selama proses pembuatan larutan obat oksitosin pH dibuat 2,5-4,5.
      4. Tidak digunakan pengawet karena merupakan sediaan dengan dosis tunggal.
      5. Pelarut yang digunakan adalah aqua p.i. karena pelarut ini bebas pirogen, steril, sehingga dapat mencegah kontaminasi pada sediaan.
      6. Teknik yang dipilih adalah aseptis, karena oksitosin merupakan golongan hormon yang tidak stabil terhadap pemanasan.
      Injeksi Hipoglikemik
      Latar belakang pemililan formula
      • Menurut AHFS formula insulin biasanya di tambahkan :
      - Gliserol untuk penstabil
      - Fenol sebagai pengawet
      • Menurut connors sediaan insulin mengandung 0,1 % - 0,4 %
      Formula dasar (Connor hal 383)
      Insulin 500 units/ml
      Gliserin 1,4 -1,8%
      Kresol 0,1 – 0,25 %
      ZnCl2 0,1 – 0,4 %
      Formula rencana
      Insulin 100 unit/ml
      Gliserin 40 %
      Fenol 0,5 %
      ZnCl2 0,2 %
      Aqua ad 2ml
      Perhitungan formula jadi :
      Insulin 100 unit/ml
      Gliserin 40 %
      Fenol 0,5 %
      ZnCl2 0,2 %
      Aqua ad 2 ml
      Volume 1 botol = 2 ml, dibuat 16 botol
      Volume yang diperlukan
      =[ (n+2)V + (2x3) ] ml
      = [ (16+2)2,2 ml + ( 2x3) ] ml
      Untuk 18 botol = 45,6 ml ≈ 50 ml
      Insulin = 100 units/ml x 50 ml
      = 5000 units
      = 5000 unit x 0,03846 mg = 192,3 mg
      Gliserin = 40 % x 50 ml
      = 20 g
      Fenol = 0,5 % x 50 ml
      = 0,25 g
      = 250 mg
      ZnCl2 = 0,2 % x 50 ml
      = 0,1 g
      = 100 mg
      Keterangan :
      n = jumlah ampul ( 16 ampul)
      2 = cadangan
      V = volume ampul + kelebihan volume [2 ml + ( 2ml + 10%)]= 2,2 ml
      2x3 = untuk pembilasan
      Note : 1 unit insulin ≈ 0,03846 mg
      ( Martindale ed. 35 hal. 405 )
      Injeksi Diazepam
      INJEKSI DIAZEPAM (Handbook of steril Injection)
      Dalam ampul 2 ml, tiap ml mengandung :
      Diazepam 5 mg
      Propilen glikol 40%
      Etil alkohol 10%
      Benzil alkohol 1,5%
      Natrium benzoat 2,5%
      Rute pemberian : intravena
      Latar belakang pemilihan formula :
      Propilen glikol, benzil alkohol, dan etil alkohol digunakan sebagai pelarut campur dengan tujuan untuk meningkatkan kelarutan dan stabilitas diazepam.
      Na benzoat digunakan sebagai pengawet (antimikroba). Menggunakan pengawet karena cara sterilisasi pada sediaan ini menggunakan teknik filtrasi.
      Injeksi Diazepam ( Ampul ) → secara IV
      Diazepam 10 mg ( Martindale 28 hal 1283 )
      Sel Petit ( Fornas 1978 hal 273 )
      Tiap 100 mg mengandung :
      Etanol 26 mg
      Campuran yang cocok ad 100g (100 – 26 = 74 g )
      (Campuran tdd 35 bagian gliserol & 45 bag Aqua pi)
      Campuran tsb Sterilisasi Autoklaf, lalu campur dgn etanol scr Aseptis
      Perhitungan volume ( 10 ampul )
      V = [ ( n + 2 ) V +( 2 x3 ) ]
      = [ ( 10 + 2 )( 2 + 10,5 ) + ( 2 x 3 )]
      = 31,8 ml ~ 32 ml
      Gliserol = 35 g x 74 g = 32,375
      80 g
      Aqua = 45 g x 74 g = 41,625 g
      80 g
      * Sol Petit pi & dibuat 50 ml jd penimbangan bahan – bahan dibagi 2.
      * Pembuatan Teknis Aseptis ( LAF )
      Sterilisasi bahan : Diazepam→ Radiasi γ
      Injeksi Vitamin C ( Ampul )
      (DI 88 hal 2109, Formula dasar Martin 28 hal 1656)
      Vitamin C ( Sodium ascorbic ) 100 mg
      Na.HCO3 4,8 %
      Na. Metabisulfit 0,1 %
      Aqua pi ad 1 ml
      - u/ pengobatan dan pencegahan scorbut
      - Nahco3 sbg stablizing agent
      - Na metabisulfit sbg antioksidan
      - Pembuatan Aseptik
      - Wadah : Ampul coklat dialir gas inert pd saat penutupan ampul.
      Injeksi Atropin Sulfat
      Formula:
      Atropin Sulfat 1 mg
      Dapar asetat pH 3,5
      Aqua pi ad 1 ml
      Latar belakang pemilihan formula:
      1. Dosis yang dipilih yaitu 1 mg karena sediaan yang dibuat untuk tujuan efek terhadap jantung
      2. Dapar asetat ph 3,5 digunakan karena zat aktif atropin sulfat memiliki stabilitas antara pH 3-6,5 dan pH atropin baik pada pH asam
      3. Wadah yang digunakan adalah ampul dengan kaca gelap karena zat aktif harus terlindung dari cahaya
      4. Sterilisasi injeksi menggunakan sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit karena mengandung pembawa air
      5. Aqua pi digunakan sebagai pelarut zat aktif, tidak bebas pirogen karena vol lar yang akan diinjeksikan relatif kecil
      6. Tidak perlu bahan pengisotonis karena vol yang diinjeksikan relatif kecil yaitu 1 ml
      7. tidak menggunakan pengawet karena pemakaian sekali pakai
      Perhitungan sama dengan ampul yang lain
      Injeksi Rekonstitusi Ampisilin
      Formula Jadi :
      Ampisilin Na 150 mg/ml
      Aqua pi ad 1ml
      Tiap vial mengandung :
      Ampisilin Na 150 mg/ml
      Tiap ampul mengandung :
      aqua pi ad 1 ml
      Latar Belakang :
      Ampisilin untuk injeksi saluran pernapasan (Bronkitis Pneumoniae)
      dosis = 150 – 200 mg/kg ( DI p. 277)
      Injeksi antiasma dalam ampul
      Formula jadi :
      Tiap ml mengandung :
      Teofilin 21,25 mg
      Etilendiamin 3,75 ml
      Aqua pi ad 1ml
      Latar Belakang :
      Injeksi iv asma bronkial digunakan aminofilin, dibuat dari teofilin & etilendiamin, tidak digunakan aminofilin langsung karena jika aminofilin dibiarkan dalam udara terbuka perlahan kehilangan etilendiamin & menyerap CO2 dengan melepaskan teofilin (Martindale P 1314)
      Dosis aminofilin = 25 mg/ml
      Aminofilin mengandung 84,0 – 87,4 % teofilin & 13,5 – 15,0 % etilendiamin
      Perhitungan :
      Teofilin = 85 % x 25 mg/ml = 21,25 mg/ml
      Etilendiamin = 15% x 25 mg/ml = 3,75 mg/ml
      Strerilisasi = Autoklaf
      Rute = iv
      Injeksi Aminofilin
      (Formularium Nasional)
      Tiap ml mengandung :
      Aminophyllinum 24 mg
      Aqua pro injectione ad 1ml
      Rute pemberian : intravena
      Latar belakang pemilihan formula :
      1. Aminofilin merupakan salah satu antiasma golongan beta 2-mimetika sebagai bronkodilator yang mempunyai efek samping yang ringan
      2. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut karena aminofilin larut dalam air.
      3. Dosis 24mg/ml sebagai bronkodilator pada asma
      Injeksi Strichnin Nitrat
      Tiap 1 ml mengandung :
      Strichinin Nitrat 2 mg
      Aqua pro injeksi ad 1 ml
      Volume total Ampul
      V = [(n + 2) v + (2 x 3)] ml
      = [(16 + 2) 1,1 + (2 x 3)] ml
      = 25,8 ml ~ 30 ml
      Dimana : n = Jumlah ampul
      2 = Cadangan
      V = Volume ampul + kelebihan volume
      Cat:
      kelebihan = cairan encer 0,10 ml (FI III hal 19)
      Latar belakang:
      Indikasi: Stimulan SSp
      Dosis = 2-8 mg(Martindale P 399)
      Sterilisasi: Autoklaf
      Injeksi Vitamin A (ampul) IM
      misal buat 13 ampul
      Formula:
      Vitamin A 50.000 UI (DI 2003 hal 3498)
      BHT 10 mg/ 1.000.000 IU Vit A
      Oleum arachidis ad 2 ml
      Perhitungan:
      V = [ ( n + 2 ) v + ( 2 x 3)] ml
      = 2 ml + 0,25 ml = 2,25 ml sehingga
      = [(13 + 2) 2,25 + (2x3)] ml
      = [33,75 + 6] ml
      = 39,5 ml ~ 40 ml
      Penimbangan:
      Vit A = 50.000 UI x 1 g x 40 = 1 g
      1.000.000 UI 2
      BHT = 50.000 UI x 10 mg x 40 = 1 g
      1.000.000 UI 2
      Oleum arachidis ad 40 ml (kalibrasi dalam beaker)
      Latar belakang formula:
      - Vitamin A tidak larut dalam air maka digunakan pelarut minyak
      - Vitamin A Dan oleum arachidis mempunyai sifat mudah teroksidasi sehingga digunakan BHT sebagai antioksidan
      - Formula ini tidak membutuhkan pengawet karena berupa ampul (wadah takaran tunggal)
      Pembuatan: Aseptis dalam LAF
      Vitamin A dan BHT→ dialiri gas ETO
      Oleum arachisis → oven 150oC selama 1 jam
      Wadah : ampul coklat
      Injeksi Vitamin D (punya yuki)
      injeksi vitamin D (ampul) IM
      Formula
      Ergokalsiferol 250 mikrogram
      BHT 0,01%
      Ol. Arachidis ad 1 ml
      Pembuatan : aseptis
      Ergotamine + BHT : radiasi gamma
      Ol arachis : oven
      Ampul coklat
      Aliri gas N2
      Injeksi Vitamin D
      Formula Standar (Trisel hal. 191)
      R/ Calcitriol 1 atau 2 µg
      Polisorbate 20 4 mg
      Sodium chloride 1,5 mg
      Sodium ascorbate 10 mg
      Dibasic sodium phosphate anhydrous 7,6 mg
      Monobasic sodium phosphate monohydrate 1,8 mg
      Edetate disodium dehydrate 1,1 mg
      Rencana Jadi
      R/ Caltriol 0,5 mcg
      Polisorbat 0,2%
      Asam askorbat 0,1%
      Aqua p.i ad 1 mL
      Kemasan : ampul
      Jumlah : 14
      Rute pemberian : intravena
      Dasar pemilihan formula
      Calcitriol digunakan sebagai zat berkhasiat dengan dosis 0,5 mcg karena berdasarkan literatur yang dirujuk, calcitriol intravena untuk hipokalsemia dibutuhkan dosis 0,5-3 µg (0,01-0,05 µg/kg BB) dan dosis ini dapat digunakan oleh pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal
      Polisorbat 20 digunakan sebagai zat pembasah karena calcitriol tidak larut dalam air, sementara polisorbat 20 larut dalam air sehingga diharapkan dengan penambahan bahan ini akan dihasilkan injeksi yang jernih, karena untuk penggunaan secara intravena larutan harus jernih dan bebas dari endapan.
      Asam askorbat digunakan sebagai antioksidan karena calcitriol dan polisorbate 20 berbentuk minyak yang cepat teroksidasi sehingga dipilih untuk memperlambat proses oksidasi dari calcitriol dan polisorbate 20 dalam larutan air.
      Volume yang dibuat adalah 1 mL, dipilih karena ditujukan untuk penggunaan dosis tunggal sehingga digunakan ampul agar penggunaannya mudah dan tidak berpotensi untuk terkontaminasi.
      Injeksi Efinefrin HCl
      Tiap 2 ml mengandung:
      Epinefrin HCl 1 mg
      Na Metabisulfit 0,1 %
      Dapar asetat 3,5 ad 2 ml
      Perhitungan
      Rumus = {(n +2)v+ (2x3)} ml
      N = jumlah ampul
      2 = cadangan
      V = Volume ampul = Kelebihan Volume
      2x3 = Untuk pembilasan
      V = {(n +2)v+ (2x3)} ml
      = {(14+2) (2+15%) + (2x3)} ml
      = 40,4ml ~ 40,5 ml
      Injeksi Epinefrin (ampul)
      Formula jadi (Martindale hal. 6)
      Tiap ampul (1 ml) mengandung
      Epinefrin HCl 0,1mg
      Vitamin C 0,1%
      Aqua p.i ad 1 ml
      Latar Belakang :
      - Digunakan Epinefrin HCl karena epinefrin HCl lebih mudah larut dlm air
      - Epinefrin HCl dapat berubah warna jika terkena cahaya dan udara maka perlu dilindungi dengan penambahan antioksidan yaitu vitamin C
      - Digunakan ampul coklat, krn zat aktif perlu dilindungi dari cahaya
      #Pembuatan : otoklaf
      #Indikasi : Bronkospasme
      #Dosis : 0,1-0,5 mg (DI hal 630)
      Injeksi Anestetik General
      Formula dasar
      (Formularium Nasional 1978, hal. 172)
      Ketamini Hydrochlorida setara dengan
      Ketaminum 10 mg
      Aqua pro injeksi hingga 1 ml
      Formula jadi
      Ketamin HCL 100 mg
      Aqua pro injeksi ad 2 ml
      Penimbangan Bahan
      Volume ampul (18 buah)
      V = ( n + 2 ) x Vi + ( 2 x 3 )
      V = ( 18 + 2 ) x 2,15 + ( 2 x 3 )
      V = 49 m
      Ketamin HCL = 100 mg/2 ml x 49 ml
      = 2450 mg
      = 2,45 g
      Aqua pi = 49 ml – 2,45 ml
      = 46,55 ml
      Injeksi Klorpromazin HCl
      FORMULA
      Dalam ampul 1ml, tiap ml mengandung:
      Klorpromazin HCl 25 mg
      Na metabisulfit 0,01 %
      Na benzoat 0,5 %
      Aqua p.i ad. 1ml
      Rute pemberian : Intramuskular
      Latar Belakang Penetapan Formula
      1. Dosis Klorpromazin HCl 25-50mg tiap 6-8 jam disuntikkan melalui intramuskular dan berkhasiat sebagai antiemetikum.
      2. Na metabisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena klorpromazin sangat mudah teroksidasi dan pH rendah sehingga digunakan pula antioksidan dengan pH rendah.
      3. Na benzoat berfungsi sebagai pengawet karena sterilisasi klorpromazin menggunakan metode aseptis, yaitu sterilisasi dengan cara filtrasi membran sehingga dibutuhkan suatu pengawet.
      Injeksi Klorpromazin HCl (Ampul)
      Tiap ml ampul mengandung :
      Chlorpromazin HCl 25 mg
      Na bisulfit 1 mg
      Aqua pi ad 1 ml
      Latar Belakang :
      Stabilitas klorpromazin HCl akan teroksidasi oleh karena itu dibutuhkan suatu antioksidan antara lain : ascorbic acid, Natrium bisulfite dan Natrium Sulfite. Naatrium Bisulfite sebagai antioksidan karena stabil pada pH 3-5 dan tidak OTT terhadap Klorpromazin HCL dan juga sebagai anti mikroba
      (Martindale 28 hal 1292).
      Injeksi Fenitoin
      Formula
      Tiap ml mengandung :
      Phenytoin Na 50mg
      Propilenglikol 40%
      Alkohol 10%
      Aqua p.i ad 1ml
      Latar belakang pemilihan formula :
      - Fenitoin tidak larut dalam air sehingga digunakan bentuk garamnya yaitu fenitoin natrium.
      - Fenitoin Na larut dalam air, akan tetapi lama kelamaan mudah terhidrolisasi , sehingga digunakan zat penambah kelarutan yaitu propilen glikol 40% dan alkohol 10%. (DI 2003)
      - Fenitoin Na digunakan dengan rute intravena dengan aturan pakai untuk dewasa yaitu150-250mg..
      - Digunakan ampul 1 ml karena rute yang dipakai adalah intravena. Untuk injeksi secara intravena jumlah obat yang diinjeksikan adalah 1 ml dan secara intravena zat atau obat lebih cepat diabsorbsi.
      Injeksi defisiensi vitamin neurotropik
      Formula jadi
      Vitamin B1 100 mg
      Vitamin B6 150 mg
      Vitamin B12 1000mcg
      Aqua pi ad 25 mg
      V = ( n + 2 ) v + ( 2 x 3 )
      = ( 14 + 2 ) 1,1 + ( 2 x 3 ) ml
      = 23,6 ml  25 ml
      Vitamin B1 yang ditimbang :
      = 100 mg x 25 ml
      = 2500 mg
      Vitamin B6 yang ditimbang :
      = 150 mg x 25 ml
      = 3750 mg
      Vitamin B12 yang ditimbang :
      = 1000 mcg x 25 ml
      = 25000 mcg = 25 mg
      Pengenceran vitamin B12 = 25 mg x 10 ml = 5 ml
      50 mg
      Cara pengenceran
      Timbang vitamin B12 50 mg kemudian tambahkan aqua pro injeksi ad 10 ml.
      Sisa pengenceran = 10 ml – 5 ml
      = 5 ml
      Benzalkonium klorida = 0,01/ 100 x 25
      = 2,5 x 10 -3 g = 2,5 mg
      Pengenceran = 2,5 / 50 x 20 ml = 1 ml
      Injeksi untuk neurotropik
      (bisa untuk vial dan ampul)
      Tiap vial mgdg :
      Vitamin B1 500 mg (DI 2103)
      Vitamin B6 750 mg (Martindale 1643)
      Vitamin B12 5 mg (DI hal 1644)
      Klorbutamol 0,5%
      Dapar asetat pH 2,45 ad 5ml
      Sterilisasi : LAF
      Sterilisasi vit B1 :radiasi
      Vit B6 : oven
      Vit B12 : oven
      Cara kerja
      -Masing2 serbuk vit B6 dan B12 disterlisasi di oven
      -Aqua pi , HCl dan Na asetat disterilisasi di otoklaf
      -Lalu setiap zat dilarutkan dengan aqua pi
      Injeksi Hidrokortison
      Rancangan formula :
      Tiap ml mengandung :
      Hidrokortison sodium fosfat 15 mg
      Benzal kronium klorida 0,01 %
      Na sitrat 10 mg
      Na bisulfit 3,2 mg
      NaOH untuk mempertahankan pH ( bila perlu )
      Aqua pi ad 1 ml
      Wadah : ampul yang dilapisi aluminium foil
      Volume : 1 ml
      Volume penyuntikan 1 ml
      Dosis : 15 mg/ml
      Dosis perhari : 15-240 mg
      Jalur : iv, im
      Dasar pemilihan formula
      1. Digunakan hidrokortison natrium fosfat adalah untuk meningkatkan kelarutan dimana hidrokortison sangat sukar larut dalam air.
      2. Ditambah pengawet karena pembuatan sediaan ini menggunakan teknis aseptis. Dan pengawet yang digunakan adalah benzalkonium klorida karena pH benzalkonium klorida mendekati pH sediaan dan rentang pH nya lebar
      3. Natrium bisulfit digunakan sebagai antioksidan karena sediaan ini mudah teroksidasi menjadi 21-dehidrokortison.
      4. Natrium sitrat digunakan untuk mempertahankan pH 6,9-7,9 sediaan karena oksidasi akan meningkat 4-5 kali lebih besar bila pH tidak dipertahankan.
      5. Natrium hidroksida digunakan ( bila perlu ) untuk mencapai pH sediaan yang diinginkan.
      6. Digunakan aqua pi sebagai pelarut, untuk melarutkan zat aktifnya yaitu hidrokortison sodium fosfat.